Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Pemulihan Ekonomi, Suku Bunga Acuan BI Ditahan

Kompas.com - 19/05/2017, 16:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemarin, Kamis (18/5/2017), Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate pada posisi 4,75 persen. Ini adalah penahanan suku bunga acuan selama tujuh bulan berturut-turut.

Bahana Sekuritas memandang, keputusan BI tersebut untuk mendorong berlanjutnya pemulihan ekonomi, dit tengah-tengah kenaikan harga menjelang bulan puasa dan Lebaran. 

"BI terlihat semakin optimis dengan perbaikan ekonomi secara global, khususnya untuk ekonomi domestik, BI melihat transmisi kebijakan moneter telah memberi kontribusi positif terhadap perbaikan ekonomi," kata ekonom Bahana Sekuritas Fakhrul Fulvian dalam laporannya, Jumat (19/5/2017).

Meski menahan suku bunga acuan, BI tetap memperhatikan risiko global. Beberapa risiko itu antara lain perkembangan kebijakan AS dan geopolitik yang terjadi di Semenanjung Korea.

Pada saat sama, pertumbuhan ekonomi negara maju terus terjadi, di antaranya AS, Eropa dan China. Jepang juga sudah memperlihatkan perbaikan ekonomi, yang tercermin pada kenaikan permintaan domestik dan ekspor. 

Pertumbuhan ekonomi domestik pada kuartal pertama tahun ini mencatat angka yang positif sebesar 5,01 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu dan juga dibandingkan kuartal IV 2016.

"Bank sentral memperkirakan perekonomian sepanjang tahun ini akan tumbuh dikisaran 5 persen sampai 5,4 persen secara tahunan, sejalan dengan perkiraan BI, Bahana memperkirakan perekonomian tumbuh 5,3 persen pada 2017," ujar Fakhrul.

(Baca: Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Tetap 4,75 Persen)

Kompas TV Meski harga berbagai kebutuhan seperti cabai masih cukup tinggi di awal tahun, tapi Bank Indonesia optimistis inflasi tahun ini hanya akan ada di kisaran 4 persen. Bank Indonesia justru mewaspadai berbagai kebijakan harga seperti kenaikan tarif dasar listrik hingga ongkos pengurusan STNK. Untuk kompensasinya, pemerintah sepakat menjaga harga pangan yang masuk dalam golongan pangan bergejolak seperti cabai dan bawang. Dari kelompok ini diharapkan persentasenya tidak lebih dari lima persen.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com