Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Asing Melawan karena Mereka yang Paling Terganggu

Kompas.com - 20/07/2017, 17:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorMuhammad Fajar Marta

Akibat kebijakan pemberantasan illegal fishing yang dilakukan Indonesia, akhirnya banyak korporasi asing yang megoperasikan kapal ikan di Indonesia atau mengandalkan tangkapan ikan dari Indonesia merugi hingga jatuh bangkrut.

Contohnya perusahaan perikanan asal Tiongkok bernama Pingtan Marine Enterprise yang diketahui mengerahkan 156 kapal untuk menangkap ikan di Merauke Papua.

Sebelum Susi menjadi menteri KKP, pendapatan Pingtan mencapai 233,4 juta dollar AS. Namun, pada 2015 atau setelah Susi menjadi menteri, pendapatannya merosot hingga 74 persen menjadi hanya 60,7 juta dollar AS dan makin merosot pada 2016.

Filipina juga bernasib sama. Lebih dari 50 persen perusahaan perikanan di Pelabuhan General Santos Filipina bangkrut akibat berkurangnya pasokan ikan dari Indonesia.

Perusahaan cukup besar yang tutup warung antara lain RD Tuna Ventures Inc, San Andres Fishing Industries Inc, Santa Monica Inc, Pamalario Inc, Starcky Ventures Inc, Virgo Inc, dan Kemball Inc. Selain itu, lebih dari 100 perusahaan perikanan di Filipina anjlok usahanya dan terancam bangkrut.

Manfaat

Menurut Susi, pemberantasan illegal fishing telah memberikan manfaat besar bagi Indonesia saat ini. Sektor perikanan mencatat banyak perbaikan sehingga memberikan kontribusi yang lebih besar bagi kesejahteraan nelayan, pelaku perikanan nasional, dan perekonomian Indonesia.

Berdasarkan hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan (Kajiskan), stok ikan lestari (maximum sustainability yield) Indonesia naik dari 7,3 juta ton pada tahun 2015, lalu 9,93 juta ton pada 2016, dan kemudian 12,54 juta ton pada 2017.

Peningkatan MSY ini berdampak terhadap nilai tukar nelayan yang mencapai 110 dan nilai tukar usaha perikanan (NTUP) nelayan yang mencapai 120 pada tahun 2016. Nilai ekspor meningkat 5,8 persen dari 3,94 juta dollar AS pada tahun 2015 menjadi 4,17 juta dollar AS pada tahun 2016.

Selain itu, terjadi penurunan impor hingga 70 persen. Peningkatan juga terjadi pada konsumsi ikan masyarakat Indonesia dari 37,2 kg per kapita tahun 2014 menjadi 41,1 kg per kapita pada tahun 2015, dan 43,9 kg per kapita tahun 2016.

"Sekarang sektor perikanan Indonesia menjadi lebih baik, kehidupan nelayan juga semakin baik karena kini lebih mudah menangkap ikan. Namun ya itu, asing tidak senang karena mereka terganggu oleh kebijakan pemerintah Indonesia. Mereka berusaha dengan berbagai cara agar kebijakan pemberantasan illegal fishing dihilangkan, seperti dulu," kata Susi.

Asing

Sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal Pol Budi Gunawan mengatakan, ada kekuatan besar yang ditunggangi asing yang terus menyerang Menteri Susi.

"Bu Susi sekarang sedang mengalami serangan balik yang sangat kuat," kata Budi Gunawan, saat menjadi pembicara dalam Halaqah Nasional Alim Ulama se-Indonesia di Jakarta pekan lalu.

Menurut Budi, asing tidak senang jika Indonesia mencapai kedaulatan pangan, termasuk pangan dari perikanan. Mereka ingin Indonesia selalu bergantung dan impor pangan dari negara lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com