Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Exxon Hengkang dari East Natuna, Pertamina Diuntungkan

Kompas.com - 25/07/2017, 11:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina dinilai diuntungkan dengan hengkangnya ExxonMobil dari Blok East Natuna. Sebab dengan demikian, pengelolaan blok yang memiliki kandungan migas empat kali lipat dari blok Mahakam tersebut dapat dikelola sepenuhnya oleh Pertamina selaku perusahaan BUMN.

Kurtubi, anggota Komisi VII DPR yang membidangi energi mengatakan, tidak mempermasalahkan hengkangnya ExxonMobil dari East Natuna. Sebab, Pertamina bisa mencari partner lain yang bisa diajak kerjasama dalam mengelola blok tersebut.

"Kalau Exxon tidak mau, ya tidak masalah, kan Pertamina bisa mencari partner lain," katanya, Senin (24/7/2017).

Menurut dia, kerja sama di East Natuna tersebut hanya sebatas pemisahan Co2 dari Metan. Dan apakah nantinya akan dijadikan dalam bentuk LPG dan dialirkan melalui pipa gas, itu nanti tergantung dari kesepakatan dengan Pertamina.

"Teknologi pemisahan CO2 ini sekarang sudah dimana-mana, banyak yang bisa. Jadi tidak perlu bergantung kepada Exxon," ujarnya.

Hal senada diungkapkan pakar energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmi Radhi. Menurutnya, dengan keluarnya Exxon dari East Natuna, maka Pertamina bisa mencari partner baru dengan menggunakan skema business to business (b to b).

Hal tersebut akan menguntungkan Pertamina selaku pemegang konsesi blok tersebut.

"Pertamina menjadi lebih leluasa dalam mengelola blok tersebut dan dapat menentukan siapa yang bisa diajak kerja sama," katanya.

Hanya saja, lanjut Fahmi, hengkangnya Exxon menjadi preseden buruk dalam pengelolaan blok migas di Indonesia. Apalagi selama puluhan tahun blok tersebut tidak tersentuh lantaran sangat bergantung pada Exxon.

Langkah Exxon yang membiarkan pengembangan blok East Natuna terbengkalai sangat merugikan pemerintah Indonesia. Karena itu, atas sikap wan prestasi Exxon, pemerintah dapat mengajukan gugatan.

"Meskipun baru potensi kerugian, namun itu bisa jadi preseden buruk bagi pengelolaan migas lainnya. Tapi itu semua tergantung Pemerintah, apakah akan melakukan gugatan atau tidak," kata Fahmi.

Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, pengembalian Blok East Natuna sangat positif bagi Indonesia. Selain dikuasai kembali oleh Pertamina, pengelolaan blok ini juga tidak tergantung pada pihak lain.

"Sejak tahun 1970-an sampai dengan 2016, pengembangan blok East Natuna tidak memiliki kejelasan. Artinya, selama puluhan tahun itu tidak ada pengembangan," jelasnya Jumat Pekan lalu.

Arcandra mengungkapkan, dalam suatu waktu kontraktor East Natuna mendapatkan 100 persen hasil migas dan pemerintah hanya mendapatkan pajak.

Bahkan, dalam negosiasi yang dilakukan tahun lalu, kontraktor bersikeras mendapatkan 100 persen migas dan pemerintah mendapatkan pajak 40 persen.

Pada saat itu terdapat tiga kontraktor yang akan mengembangkan Blok East Natuna yaitu PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil dengan penguasaan saham sebesar 42,5 persen. Sementara 15 persen sisanya dimiliki PTT EP, perusahaan migas asal Thailand.

Namun, sampai negosiasi terakhir tidak terjadi titik temu, hingga akhirnya Exxon memilih mengembalikan kepemilikan East Natuna kepada Pertamina.

“Sekarang tidak ada lagi dispute blok ini milik siapa. Ini lompatan besar dalam pengelolaan East Natuna," jelasnya. (Hendra Gunawan)

Berita ini sudah tayang di Kontan dengan judul "Pertamina diminta cari partner lain di East Natuna" pada Senin (24/7/2017)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com