3. Ratakan "bantuan"
Anda tahu sendiri, ada banyak "orang lapar" di sekitar Anda. Bukan cuma lapar secara harfiah, namun juga merujuk pada orang-orang yang butuh bantuan untuk merealisasikan interest mereka.
Orang-orang itu biasanya ormas, aktivis partai, anggota DPRD, DPR hingga staf khusus di kementerian. Biasanya mereka mengirimkan proposal kegiatan masyarakat ke perusahaan Anda. Mereka berharap bisa mendapatkan dana untuk kegiatan.
Anda mungkin tahu bahwa dana yang diperoleh dari menyebar proposal itu hanya sedikit sekali yang benar-benar dipakai untuk kegiatan. Selebihnya, akan masuk ke kantong mereka sendiri.
Meski Anda tahu bantuan itu akan tidak tepat sasaran, Anda perlu kiranya mengakomodasi mereka. Sekaligus, Anda bisa belajar untuk selalu bersabar.
Anda bisa mencontoh beberapa perusahaan besar di Indonesia, termasuk BUMN papan atas. Mereka mengakomodasi "orang-orang lapar" ini melalui program CSR yang disalurkan melalui lembaga bentukan orang-orang itu.
Toh, selama ini audit CSR tidak seketat laporan keuangan. Yang penting foto dan dokumentasinya bagus serta berita tersebar luas.
Lainnya, ketika ada pilkada di tingkat kabupaten/kota, provinsi, bahkan pilpres, sebaiknya Anda berlaku "adil". Survei boleh mengatakan pasangan A yang menang. Tapi keputusan sepenuhnya ada di tangan pemilih.
Karena itu, berikan bantuan kepada setiap calon dan tidak hanya satu calon. Jangan lupa untuk request program yang bisa menguntungkan bisnis perusahaan Anda ke masing-masing calon yang bertanding.
Agar keberadaan Anda tidak terendus kompetitor maupun masyarakat, request-lah program yang berbeda antara satu calon dan calon yang lain.
Misalkan untuk pasangan A, Anda bisa memesan program kredit HP untuk masyarakat dengan uang muka 0 persen. Adapun untuk pasangan B, Anda bisa memesan program pembangunan MCK besar-besaran.
Di situ, perusahaan Anda bisa menjadi supplier untuk program-program yang dijalankan pasangan calon yang menang. Sehingga, siapa pun yang menang, perusahaan Anda tetap untung.
4. Perbanyak acara seremonial
Setiap pejabat, entah itu menteri, dirjen, bupati, wali kota, gubernur, hingga petinggi aparat keamanan butuh panggung untuk eksis. Dalam arti, mereka ingin terlihat benar-benar bekerja.
Dirjen ingin dilihat menteri. Menteri ingin terlihat bekerja oleh presiden. Aparat keamanan ingin dilihat rajin oleh atasannya agar dapat promosi jabatan. Gubernur, bupati dan wali kota ingin terlihat serius bekerja di depan rakyatnya agar terpilih kembali.
Ya, para pejabat butuh panggung. Kalau tidak punya panggung, mereka akan mencarinya. Baik melalui cara-cara yang positif maupun negatif.
Maksudnya, kegiatan yang positif adalah menggelar sejumlah acara meskipun manfaatnya tidak ada. Untuk kegiatan negatif, berusaha mencari kesalahan pihak lain agar terlihat seperti pahlawan.
Sebagai pengusaha, berilah ruang untuk para pejabat tersebut. Bisa berupa kunjungan pabrik, atau mungkin dialog dengan pelaku usaha UMKM yang menjadi mitra bisnis perusahaan Anda.
Melalui cara ini, perusahaan Anda akan ikut terangkat dan hubungan dengan para pejabat menjadi lebih erat.