Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Jangan Terlalu Culun, Begini Cara agar Perusahaan Anda Tak "Dikerjain"

Kompas.com - 26/07/2017, 09:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

3. Ratakan "bantuan"

Anda tahu sendiri, ada banyak "orang lapar" di sekitar Anda. Bukan cuma lapar secara harfiah, namun juga merujuk pada orang-orang yang butuh bantuan untuk merealisasikan interest mereka.

Orang-orang itu biasanya ormas, aktivis partai, anggota DPRD, DPR hingga staf khusus di kementerian. Biasanya mereka mengirimkan proposal kegiatan masyarakat ke perusahaan Anda. Mereka berharap bisa mendapatkan dana untuk kegiatan.

Anda mungkin tahu bahwa dana yang diperoleh dari menyebar proposal itu hanya sedikit sekali yang benar-benar dipakai untuk kegiatan. Selebihnya, akan masuk ke kantong mereka sendiri.

Meski Anda tahu bantuan itu akan tidak tepat sasaran, Anda perlu kiranya mengakomodasi mereka. Sekaligus, Anda bisa belajar untuk selalu bersabar.

Anda bisa mencontoh beberapa perusahaan besar di Indonesia, termasuk BUMN papan atas. Mereka mengakomodasi "orang-orang lapar" ini melalui program CSR yang disalurkan melalui lembaga bentukan orang-orang itu.

Toh, selama ini audit CSR tidak seketat laporan keuangan. Yang penting foto dan dokumentasinya bagus serta berita tersebar luas.

Lainnya, ketika ada pilkada di tingkat kabupaten/kota, provinsi, bahkan pilpres, sebaiknya Anda berlaku "adil". Survei boleh mengatakan pasangan A yang menang. Tapi keputusan sepenuhnya ada di tangan pemilih.

Karena itu, berikan bantuan kepada setiap calon dan tidak hanya satu calon. Jangan lupa untuk request program yang bisa menguntungkan bisnis perusahaan Anda ke masing-masing calon yang bertanding.

Agar keberadaan Anda tidak terendus kompetitor maupun masyarakat, request-lah program yang berbeda antara satu calon dan calon yang lain.

Misalkan untuk pasangan A, Anda bisa memesan program kredit HP untuk masyarakat dengan uang muka 0 persen. Adapun untuk pasangan B, Anda bisa memesan program pembangunan MCK besar-besaran.

Di situ, perusahaan Anda bisa menjadi supplier untuk program-program yang dijalankan pasangan calon yang menang. Sehingga, siapa pun yang menang, perusahaan Anda tetap untung.

4. Perbanyak acara seremonial

Setiap pejabat, entah itu menteri, dirjen, bupati, wali kota, gubernur, hingga petinggi aparat keamanan butuh panggung untuk eksis. Dalam arti, mereka ingin terlihat benar-benar bekerja.

Dirjen ingin dilihat menteri. Menteri ingin terlihat bekerja oleh presiden. Aparat keamanan ingin dilihat rajin oleh atasannya agar dapat promosi jabatan. Gubernur, bupati dan wali kota ingin terlihat serius bekerja di depan rakyatnya agar terpilih kembali.

Ya, para pejabat butuh panggung. Kalau tidak punya panggung, mereka akan mencarinya. Baik melalui cara-cara yang positif maupun negatif.

Maksudnya, kegiatan yang positif adalah menggelar sejumlah acara meskipun manfaatnya tidak ada. Untuk kegiatan negatif, berusaha mencari kesalahan pihak lain agar terlihat seperti pahlawan.

Sebagai pengusaha, berilah ruang untuk para pejabat tersebut. Bisa berupa kunjungan pabrik, atau mungkin dialog dengan pelaku usaha UMKM yang menjadi mitra bisnis perusahaan Anda.

Melalui cara ini, perusahaan Anda akan ikut terangkat dan hubungan dengan para pejabat menjadi lebih erat.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com