Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PNS Semarang Diminta Serap Beras dari Petani 40 Ton Per Bulan

Kompas.com - 26/07/2017, 11:41 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Upaya melindungi para petani dari permainan tengkulak maupun serbuan beras impor terus dilakukan oleh Pemkab Semarang.

Melalui program "Suka Bela", Pemkab Semarang berupaya menyerap beras produksi petani sebesar 40 ton per bulan mealui pembelian oleh Aparatur Sipil Negara (ASN).

Bupati Semarang Mundjirin mengatakan, kedepan pihaknya berharap tidak hanya PNS saja yang membeli beras petani. Instansi lainnya seperti TNI, Polri dan juga pihak swasta juga diharapakan ikut mendukung program Suka Bela yang telah diluncurkan sejak Juni 2016 lalu.

"Beras lokal ini tolong bisa diserap, kami bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani bagaimana agar bisa memproduksi beras, lalu dijual juga kepada kita, kepada pabrik, pada PNS, asrama tentara. Sekarang sudah jalan, di Kabupaten Semarang yang bisa menyerap (sementara) dari PNS sekitar 40 ton perbulannya," kata Mundjirin, Rabu (26/7/2017).

Terlepas dari itu, Mundjirin menegaskan bahwa hingga saat ini di wilayahnya belum ditemukan praktik beras oplosan, antara beras kualitas premium dengan beras kualitas medium seperti yang sedang ramai diberitakan diberbagai daerah.

Beras yang di produksi oleh para petani di Kabupaten Semarang diakui oleh Mundjirin termasuk beras dengan kualitas premium sehingga harga jual di pasaran relatif tinggi.

"Saya sudah beberapa kali lihat di gudang Bulog. Memang Bulog sini belum mampu atau semuanya menyerap beras atau gabah lokal. Ternyata gabah kita ini (dari) Tambakboyo, Banyubiru itu bagus, jadi harganya memang tinggi," jelasnya.

Untuk memenuhi stok beras di Gudang Bulog Bawen, pihak Bulog membeli beras dari Kabupaten Demak yang kualitasnya lebih rendah dibawah kualitas beras dari Kabupaten Semarang.

Mundjirin memastikan bahwa beras yang disalurkan Bulog tersebut bukanlah beras palsu atau oplosan.

Kendati demikian, diakui pernah terjadi beras yang di salurkan oleh Bulog tingkat pecahnya cukup tinggi sehingga timbul dugaan masyarakat bahwa beras tersebut oplosan.

Setelah ditelusuri, tingkat pecah beras yang tinggi tersebut dikarenakan proses panen di tingkat petani yang kurang baik.

"Orang bilang itu dicampur dengan menir, kita lihat disitu (Bulog) ternyata bukan. Memang pecah karena waktu itu panennya katanya mau mendekati musim hujan. Takut banjir, belum tua betul sudah dipanen," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com