Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pak Gembus: Bangun Usaha Kuliner, yang Penting Manajemen dan Bahan Utama

Kompas.com - 31/07/2017, 16:00 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilik usaha "Ayam Gepuk Pak Gembus" Ridho Nurul Adityawan tak ingin menduga-duga jika suatu saat masyarakat tak lagi menyenangi ayam gepuk.

Dia berpatokan pada manajemen Kentucky Fried Chicken yang mampu bertahan di bisnis kuliner hingga lebih dari 80 tahun.

"Makanan itu enggak everlasting. Nah kok kita yang buka usaha di negara sendiri, enggak everlasting, apa salahnya?" kata Ridho yang akrab disapa Pak Gembus itu kepada Kompas.com, Jumat (28/7/2017).

Dia mengatakan, poin utama dalam membangun usaha adalah manajemen. Jika manajemen perusahaan berjalan baik dan rapi, maka usaha tersebut tidak akan cepat tutup.

Selain itu, pemilik usaha juga harus memperhatikan bahan baku utama yang mereka angkat. Ridho mengangkat ayam sebagai bahan baku utama usahanya. Sebab, menurut dia, sebagian besar masyarakat menyenangi ayam sebagai makanan sehari-hari.

"Kalau lele, semua orang doyan enggak? Ada yang enggak doyan lele, ini tergantung mereka angkat bahan utamanya. Dari lahir, orang sudah makan bubur ayam. Ada enggak sekarang bubur lele atau bubur bebek? Enggak ada tho," kata pemilik 462 cabang "Ayam Gepuk Pak Gembus" se-Asia Tenggara tersebut.

Ridho juga tak ingin mengubah orisinalitas dari ayam gepuknya. Meskipun saat ini, banyak makanan "kekinian" membanjiri Indonesia. Dia tetap berpegang pada bumbu rahasia dan cabai untuk sambal bawangnya.

(Baca: Berkat Rumah Makan, Omzet Pak Gembus Capai Rp 14 Miliar Per Bulan)

Setelah sukses dengan "Ayam Gepuk Pak Gembus", Ridho mengaku telah berencana membuka unit usaha lainnya. "Akan ada 12 produk yang kami luncurkan. Contohnya Bakmi Santet, dan lain-lain," kata pria kelahiran Magelang 29 Januari 1988 tersebut.

Dia menjelaskan, menu ayam gepuk masih jadi yang terfavorit dipesan oleh pembeli "Ayam Gepuk Pak Gembus".

Selain itu, konsumen juga bebas menentukan berapa cabai untuk dijadikan sambal bawangnya.

Pembeli juga bebas menambah nasi putih. Ridho menjelaskan, hanya dirinya beserta pembuat bumbu yang mengetahui apa saja bahan yang tercampur dalam bumbu rahasia. Dia sudah memasak ayam gepuk yang kini dijualnya, sejak lama.

"Pokoknya saya masak ngawur saja, yang penting enak di mulut saya. Makanya ayam gepuk benar-benar ciptaan saya yang tukang makan dan suka eksperimen sendiri," kata Ridho.

Ridho sebelumnya selalu menyisihkan gajinya untuk membuka usaha. Setelah terkumpul Rp 19 juta, ia memutuskan resign dari tempat kerjanya dan membuka warung "Ayam Gepuk Pak Gembus" di pinggir Jalan Pesanggrahan, Jakarta Barat.

Ridho Nurul Adityawan yang juga pemilik Ayam Gepuk Pak Gembus Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Ridho Nurul Adityawan yang juga pemilik Ayam Gepuk Pak Gembus
Awal berdiri, Ridho hanya mendapat keuntungan sekitar Rp 100.000 tiap harinya. Ia juga kesulitan menghabiskan ayam. Kini ia memiliki ratusan cabang dan memiliki perusahaan induk, PT Yellow Food Indonesia.

Omset perusahaanya mencapai Rp 14 miliar tiap bulannya. Tiap bulannya, perusahaannya untung sekitar Rp 2-3 miliar.

Kini, "Ayam Gepuk Pak Gembus" bisa menghabiskan 12 ton ayam dan mempekerjakan sekitar 700 tenaga kerja. Sedangkan Ridho dapat mengantongi sekitar Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar tiap bulannya.

Atas apa yang diterimanya kini, Ridho bersama sang istri tak lupa menyantuni anak yatim di rumah mereka di kawasan Meruya Utara, setiap setelah Shalat Jumat.

"Ya ini sejak saya punya duit saja. Manggil anak-anak dari kampung dekat rumah saja. Kalau kata hadist kan, kalau bisa kasih ke orang yang lebih dekat dan enggak mampu, kenapa harus cari yang jauh-jauh," kata Ridho.

(Baca: Berkat Rumah Makan, Omzet Pak Gembus Capai Rp 14 Miliar Per Bulan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com