Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Pemerintah Lindungi Petani dan Konsumen dari Mafia Pangan

Kompas.com - 31/07/2017, 20:41 WIB
Josephus Primus

Penulis


KOMPAS.com - Kementerian Pertanian mengklaim berpihak pada petani dan konsumen beras. Keberpihakan pemerintah melalui berbagai aturan akan melindungi petani dan konsumen dari aksi mafia maupun kartel pangan.

Saat penggeledahan gudang beras milik PT Indo Beras Utama (IBU) pada Kamis (20/7/2017) petang lalu, ditemukan beras oplosan. Diduga, PT IBU mengemas beras kualitas standar dengan kemasan berlabel beras premium. Beras itu dipasarkan dengan harga premium.

Baca: Geledah Gudang Beras di Bekasi, Polisi Sita 1.100 Ton Beras Oplosan

Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Andi Nur Alam Syah mengatakan dalam kasus pengoplosan beras yang diduga dilakukan PT IBU terdapat disparitas harga.

Pemerintah menekan disparitas harga melalui Peraturan Presiden (Perpres) untuk penetapan dan penyimpanan bahan pokok dan penting. Selain itu, Peraturan Menteri Perdagangan (Permedag) juga mengatur harga acuan bawah untuk melindungi petani dan harga acuan atas untuk melindungi konsumen.

"Pemerintah menjaga dua rantai ini dari pihak ketiga, yaitu para makelar," katanya sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com pada Senin (31/7/2017).

Nur Alam Syah mengatakan jika kasus pengoplosan beras dibiarkan, maka perusahaan sejenis akan terus melakukan bisnis serupa. Para pelaku usaha akan membentuk asosiasi dan mengarah menjadi kartel yang mengontrol harga beras.

Petani dan konsumen merugi

Pengoplosan beras itu, kata dia, merugikan petani dan konsumen beras. Ia mengambil contoh pengalaman seorang petani asal Desa Karang Tengah, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Mashuri.

Sejak pagi hingga sore, Mashuri bekerja di sawah tidak kenal letih, demi padinya berproduksi baik. Aktivitas ini berlangsung hingga 120 hari.

Namun begitu, kegiatan ini tidak sepenuhnya berjalan mulus. Pasalnya, ada hama yang meluluhlantakkan usahanya. Karena itu, jika usaha taninya untung, Mashuri akan mengantongi uang. "Kalau buntung, utang siap ditanggung," ujarnya

Apa yang dialami Mashuri, ia melanjutkan, tak banyak diketahui masyarakat. Konsumen hanya tahu bahwa padi sudah menjadi beras. "Padahal kalau harga turun drastis petani menderita," ujarnya.

Di sisi lain, konsumen menjadi korban tatkala harga beras melambung tinggi. Padahal, tak semua konsumen punya uang untuk membeli beras."Ini yang menjadi pokok bahwa pemerintah harus berada di antara petani dan konsumen," kata Nur Alam Syah.

Saat ini, produsen atau petani dilindungi pemerintah melalui subsidi benih dan pupuk. Tujuannya, petani bisa menurunkan biaya produksinya. Sehingga, harga jual gabah terjangkau. Dengan begitu, konsumen pun mampu membelinya.

Inilah cara pemerintah menstabilkan harga pangan dalam negeri. Petani untung dan masyarakat juga terbantu dengan harga beras yang terjangkau.

"Jika skema ini berjalan baik, stabilitas harga pangan nasional akan tetap terjaga," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com