Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Depan Venezuela, Krisis dan Isolasi

Kompas.com - 01/08/2017, 14:47 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

CARACAS, KOMPAS.com - Pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengadakan voting pada Minggu (30/7/2017) lalu yang menghasilkan keputusan pendirian Lembaga Konstituen yang beranggotakan para pendukungnya.

Lembaga ini akan menggantikan lembaga legislatif yang sudah ada. Keputusan Maduro itu menimbulkan gelombang protes. Sedikitnya 112 orang tewas saat berunjuk rasa menentahg kebijakan Maduro.

Gelombang unjuk rasa dan ketidakstabilan politik dipandang bakal membuat ekonomi Venezuela tenggelam kian dalam. Krisis ekonomi juga akan terjadi bersamaan dengan krisis kemanusiaan.

"Venezuela akan menjadi lebih terisolasi," kata Francisco Monaldi, pakar kebijakan energi Amerika Latin di Rice University seperti dikutip dari CNN Money, Selasa (1/8/2017).

Banyak pemimpin dunia menyatakan, hasil voting di Venezuela mengikis demokrasi di Venezuela yang memang sudah tipis.

AS, Spanyol, Meksiko, Kanada, Argentina, Brasil, Peru, Kolombia, Kosta Rika, dan Panama menentang voting di Venezuela, sementara Nikaragua dan Bolivia mendukung.

AS pun menjatuhkan sanksi ekonomi bagi industri minyak Venezuela. Perlu diingat, minyak adalah satu-satunya sumber pendapatan negara tersebut.

Para pengunjuk rasa menyatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan AS bisa menyebabkan kondisi kekurangan pangan di Venezuela semakin parah jika pemerintah hanya memiliki sedikit cadangan devisa untuk impor pangan.

Secara domestik, produksi pangan Venezuela sangat kecil. Inflasi di Venezuela pun melonjak sangat tinggi akibat kendali harga yang dilakukan pemerintah menyebabkan kekurangan pasokan pangan dan obat-obatan.

Beberapa warga melaporkan telah kehilangan berat badan karena minimnya asupan makanan. Cadangan devisa Venezuela merosot hingga hanya mencapai 9,9 miliar dollar AS. Ini adalah angka terendah sejak tahun 1995.

Utang Venezuela juga menggunung, dan memiliki kewajiban pembayaran obligasi sebesar hampir 5 miliar dollar AS untuk tahun ini.

Selain harus membayar kepada para pemilik obligasi, pemerintah juga harus melunasi utang kepada China, Rusia, maskapai-maskapai penerbangan AS, dan perusahaan penyedia layanan energi.

Para pakar menyatakan, kemungkinan Venezuela mengalami default atau kegagalan secara total menjadi besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com