Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

95 Tahun Frisian Flag Indonesia Bermitra dengan Peternak Sapi Lokal

Kompas.com - 01/08/2017, 16:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen susu Frisian Flag yang terkenal dengan jingle iklan "Susu Saya Susu Bendera" telah berdiri di Indonesia sejak 95 tahun yang lalu atau tepatnya pada tahun 1922.

Dengan jingle iklan yang tak asing di telinga keluarga Indonesia tersebut, Frisian Flag Indoensia telah mampu menjadi susu yang dikenal berbagai rentang usia.

Marketing Deirector Frisian Flag Indonesia Felicia Julian mengatakan, selama 95 tahun Frisian Flag Indonesia tumbuh dan berkembang bersama dengan keluarga dan peternak sapi rakyat.

"Kami punya susu bubuk, susu cair, dan juga susu kental manis, yang bisa untuk segala usia," ujar Felicia saat perayaan 95 Tahun Frisian Flag Indonesia, di Hotel Ayana MidPlaza, Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Felicia menambahkan, dibalik bebagai produk Frisian Flag Indonesia juga ada peran vital dari peternak sapi perah rakyat.

"Tanpa kontribusi peternak tidak akan ada produk Frisian Flag Indonesia di pasaran," tambahnya.

Farmer2Farmer

Dalam melibatkan peternak sapi perah lokal, Frisian Flag Indonesia menggelar program Farmer2Farmer yang telah dijalankan sejak tahun 2013.

Program Farmer2Farmer dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah lokal binaan dengan menerapkan cara beternak yang baik dan efisien.

"Peternak kami kumpulkan, kami beri pelatihan, dan dicatat, sebelum bergabung (Farmer2Farmer) berapa produksinya, berapa pendapatannya, dan setelah tergabung ada kenaikan 20 persen," ujar Manager Fresh Milk Relationship PT Frisian Flag Indonesia Efi Lutfillah.

Menurutnya, dalam program tersebut ada tiga hal utama yang dilaksanakan, pertama soal kualitas susu, jika kualitas susu baik maka akan berkaitan dengan harga, kedua produktivitas, dan ketiga masalah cost atau biaya.

"Misalnya produksi 15 liter susu per sekali panen, tetapi cost (produksinya) 10 liter, nah kami inginnya produksi 15 liter, cost hanya 5 liter, artinya dengan tidak mengeluarkan (biaya) lebih banyak tetapi bisa menghemat," jelasnya.

Sementara itu, Felicia menambahkan, Frisian Flag Indonesia bisa bertahan di Indonesia hingga usia 95 tahun karena faktor inovasi produk, termasuk dalam kualitas produk yang dihasilkan.

"Salah satu yang juga dipastikan kami lakukan inovasi, jadi apa saja kebutuhan masyarakat kami tangkap, kami juga punya studi terhadap anak-anak di Indonesia, apa kebutuhan mereka, bagaimana kebutuhan gizi mereka," tambahnya.

Selain melakukan inovasi, pihaknya juga terus melaksanakan kampanye hidup sehat dengan cara konsumsi susu setiap hari, dengan ini masyarakat Indonesia semakin sadar akan pentingnya asupan yang bernutrisi dan konsumsi susu nasional akan semakin meningkat.

"Kami terus mendengar karena yang paling penting melihat masa depan, yang ingin kami lakukan adalah memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia, jadi ada inovasi dan campaign," paparnya.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian konsumsi susu nasional pada 2016 mencapai 17,2 kilogram per tahun per kapita. Sementara kebutuhan konsumsi susu nasional pada 2016 mencapai 4,45 ton susu segar.

Dari kebutuhan susu tersebut, hanya 19 persen atau 852.000 ton susu dari total kebutuhan yang dapat dipenuhi produsen dalam negeri. Kemudian, sebanyak 81 persen atau 3,59 juta ton sisa kebutuhan susu harus dipenuhi dengan mengandalkan impor dalam bentuk skim milk powder, whole milk powder, angydrous milk fat, butter milk powder, keju, butter, dan sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com