Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi Sebut Masalah Kelautan dan Perikanan Belum Selesai

Kompas.com - 04/08/2017, 09:14 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Susi Pudjiastuti menjelaskan belum semua masalah dapat diselesaikannya selama dirinya menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Kerja. Ia enggan memedulikan kabar "reshuffle" yang kencang berhembus kepada dirinya.

"Selama saya melihat situasi yang ada, dan masih memerlukan orang seperti saya to be continue the fight. Karena (masalah) ini belum selesai, walaupun stok ikan sudah mulai kelihatan," kata Susi, dalam acara "Rosi" yang ditayangkan di Kompas TV, Kamis (3/8/2017) malam.

Susi juga masih ingin memberantas pencurian ikan. Dia ingin memperbaiki perikanan tangkap dengan mengubah Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUUF) menjadi Legal Reported and Regulated Fishing (LRRF) yang lebih tertata dan berkelanjutan (sustainability).

"Kami akan jaga laut dunia, karena satu dunia satu laut. Kalau kami tidak jaga Laut Banda, dunia tidak akan mendapat supplai Yellowfin yang besar-besar kan," kata Susi.

Berniat Mundur?

Dalam acara tersebut, turut dihadirkan kerabat Susi yang juga Direktur Kemitraan Monica Tanuhandaru.

Monica yang juga menjadi salah satu penulis konsep pendirian Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada Presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid itu memandang Susi sebagai seorang menteri yang berjiwa petarung.

Meski bukan lulusan S2 maupun S3, Monica menganggap Susi sebagai seorang yang cepat membaca situasi dan lapangan. Dia juga berharap, Susi tidak mengundurkan diri dari jajaran menteri Kabinet Kerja.

Menanggapi hal itu, Susi tak menjawab pasti. Hanya saja, Susi tak habis pikir kepada pihak-pihak yang terus menyerang dirinya.

"Kami ini menteri sangat serius kerja, putting everything. Effort, integrity, even life, waktu, keluarga," kata Susi. (Baca: Susi: Kalau Saya Direshuffle...)

"Lalu kami mesti berhadapan sama orang-orang yang ngomong absurd, tapi bisa dapat corong dari media untuk ngomong, dan kami harus hadapi, itu kan gila," kata Susi lagi.

Dalam riset yang dikeluarkan oleh Indonesia Indikator, ada kenaikan signifikan terkait perbincangan Susi dan reshuffle, sejak April 2017 di media sosial.

Direktur Komunikasi Indonesia Indikator Rustika Herlambang mengatakan, serangan kepada Susi dengan menyertai tagar ganti Susi, Menteri Susi ngawur, save nelayan, dan lain-lain.

Selain itu, ada pula yang mendukung Susi dan meminta Jokowi tak mengganti dirinya dari Menteri Kelautan dan Perikanan.

Setelah dibandingkan, hasilnya 89 persen netizen dari 109.000 percakapan menyatakan mendukung Susi dan meminta Jokowi tak me-reshuffle dirinya.

Sedangkan netizen yang menginginkan Susi di-reshuffle rata-rata berusia 35 tahun dan mereka me-mention satu partai tertentu.

Menanggapi hal itu, Susi mengaku telah mengetahui pihak-pihak yang tak menginginkan dirinya berada di dalam Kabinet Kerja. Susi pun enggan membicarakan hal tersebut lebih lanjut.

"Saya menteri yang kerja, enggak usah (bicara) politik. Pak Presiden kemarin bicara tidak urus politik, sekarang urus ekonomi, ekonomi, ekonomi," kata Susi.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com