Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi Sebut Pihak yang Tak Setuju Kebijakannya, Orang Itu-itu Saja

Kompas.com - 04/08/2017, 11:30 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menegaskan dia tidak dapat mendengarkan dan memenuhi keinginan semua pihak dalam bekerja.

Dengan demikian, dia memahami tak sedikit orang yang tak menyukai dirinya serta kebijakan yang dia buat.

"Saya mendengarkan arahan Pak Presiden. Kemudian ada masukan-masukan, cuma ada beberapa prinsip yang tidak bisa dikompromikan," kata Susi, dalam acara "Rosi" yang ditayangkan Kompas TV, Kamis (3/8/2017) malam.

Susi mengaku sudah mengetahui pihak-pihak yang mengkritisi kebijakannya. Menurut Susi, orang yang mengkritiknya ya itu-itu saja.

Bahkan, menurut dia, banyak asosiasi yang baru terbentuk dan tak memiliki anggota, sudah mengkritik kebijakannya. (Baca: Susi Jawab Aduan Gubernur Sulawesi Selatan yang Mengeluh ke Luhut)

"Semua asosiasi (yang mengkritik) kebanyakan bentukan baru dan orangnya itu-itu saja. Ono Surono, Johan (politisi PKB Daniel Johan) dari awal memang seperti itu," kata Susi.

Pada kesempatan itu, video cuplikan wawancara Daniel Johan juga ditayangkan.

Dalam wawancara itu, Daniel mengatakan, jangan sampai pemerintah membuat kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Susi menyebut, sudah banyak capaian yang diraih dari bidang kelautan dibanding sebelumnya.

"Perikanan tangkap naik, ribuan kapal dalam negeri sekarang melaut dengan baik, angka ekspor impor menunjukkan baik, PNBP (penerimaan negara bukan pajak) juga naik dibanding menteri-menteri sebelumnya," kata Susi.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebelumnya meraup Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 360,86 miliar.

Pendapatan itu berasal dari sumber daya alam, khususnya di sektor kelautan dan perikanan.

Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada 2016 bertumbuh rata-rata 109 atau naik dari realisasi tahun sebelumnya 106 dan NTN pada 2014 yang sebesar 103.

Sedangkan volume produksi perikanan tangkap sepanjang tahun lalu naik dari 6,52 juta ton menjadi 6,83 juta ton, berdasarkan data sementara KKP.

Dari sisi nilai pun menanjak dari Rp 116,31 triliun menjadi Rp 125,38 triliun di 2016. (Baca: Menteri Susi: Anda Mau Investasi Apa Mau Nyolong?)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Work Smart
BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Spend Smart
SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

Whats New
Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com