Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Kaca Minta Kepastian Bahan Baku Garam dan Silika

Kompas.com - 09/08/2017, 08:30 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri kaca nasional tengah berupaya menambah kapasitas produksi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus membidik pasar ekspor.

Hal ini diungkapkan Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto seusai bertemu dengan CEO Asahi Glass Co. Ltd (AGC) Jepang, Takuya Shimamura beserta jajarannya di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (8/8/2017).

“Mereka melaporkan mengenai relokasi (pabrik) di Cikampek, Jawa Barat. Melalui pabrik baru ini, jumlah produksi ditargetkan meningkat 200.000 ton dan rencananya beroperasi pada tahun 2019,” kata Menperin, melalui keterangan resmi, Selasa (8/8/2017).

Namun demikian, untuk mencapai sasaran produksi tersebut, pihak Asahimas Flat Glass meminta kepastian pasokan bahan baku untuk mendukung bertambahnya kapasitas produksi.

Pasalnya, PT Asahi Chemical sempat mengalami kekurangan stok garam selama tiga minggu, yang digunakan untuk memproduksi soda kostik sebagai bahan baku kaca.

“Tetapi menurut laporan mereka, kalau masalah bahan baku itu sudah selesai dan sudah bisa diatasi,” tutur Airlangga. (Baca: Menperin: Beberapa Negara ASEAN Ingin Ganggu Industri Kaca Nasional)

Menperin menjelaskan, perluasan usaha ini dilakukan oleh PT Asahimas Flat Glass Tbk yang berlokasi di kawasan Ancol, Jakarta Utara dimana kapasitas produksi sebelumnya hanya 500.000 ton kini bertambah menjadi 700.000 ton.

Menurutnya, Kemenperin terus mamacu ketersediaan bahan baku dan energi bagi industri sehingga tidak terkendala dalam proses produksinya.

"Industri kaca merupakan sektor yang potensial, karena sudah mampu ekspor," tegasnya.

Dengan kelancaran produksi, efek ganda yang dibawa industri akan berjalan baik seperti pada peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa.

Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono, selama ini pasokan silika untuk Asahimas berasal dari Belitung yang beberapa waktu terhambat dan hanya mampu memenuhi 30 persen dari kebutuhan.

"Mereka butuh 50.000 ton silika setiap bulan. Jika bahan baku itu harus impor, ongkos produksi bisa membengkak,” ungkapnya.

Sementara itu, CEO Asahi Glass Co. Ltd (AGC) Jepang, Takuya Shimamura menyampaikan, Asahi tetap melanjutkan investasi yang telah berjalan selama tiga tahun terakhir di Indonesia.

"Total ekspansi kami terhitung dalam 3-4 tahun belakangan ini sudah 1,5 miliar dollar AS. Pabrik kimia saja sekitar 1 miliar dollar AS," sebutnya.

Saat ini, PT Asahi Chemical mulai membangun pembangkit listrik dan pabrik kimia senilai 400-500 juta dollar AS serta total investasi untuk proyek relokasi PT Asahimas Flat Glass Tbk. diperkirakan mencapai 167 juta dollar AS.

Asahimas menjual kaca produksi pabrik Cikampek ke pasar dalam dan luar negeri. Untuk negara tujuan ekspor, mereka menyasar ke Amerika Serikat, Brasil, Belgia, Italia, Pakistan, Thailand, Singapura, China, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Jepang.

Hingga kuartal III 2016, penjualan domestik Asahimas sebesar Rp 1,71 triliun dan penjualan ekspor sekitar Rp 1,07 triliun.

Kompas TV Sampah Plastik dan Peranan Sektor Swasta

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com