Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Senang dan Sedih Susi di Natuna

Kompas.com - 10/08/2017, 15:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorMuhammad Fajar Marta

“Allahu akbar, indah sekali, luar biasa pemandangannya, benar-benar kita harus bersyukur bisa memiliki negeri seindah ini…!”seru Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Susi duduk di batu raksasa di kawasan Batu Sindu, salah satu tempat wisata di Natuna Kepulauan Riau.

Kawasan Batu Sindu terletak di Bukit Senubing. Terdapat banyak bebatuan raksasa yang berada di bibir bukit, langsung menghadap laut.

Mata Susi menatap lekat-lekat hamparan laut di depannya. Laut yang berwarna hijau kebiruan, tembus pandang hingga dasarnya yang dipenuhi gugusan karang dan pasir putih.

Di kejauhan tampak daratan berbukit-bukit yang dilapisi hutan. Gunung ranai yang atasnya tampak berkabut menambah kesempurnaan panorama yang terlihat dari Batu Sindu 

Susi, yang hampir sebagian besar hidupnya bersentuhan dengan laut, tetap saja terkesima. “Saya tak pernah bosan dengan laut. Saya selalu menemukan kebahagiaan di laut. Saya bisa mensyukuri nikmat Allah tatkala berada di laut. Saya bisa mengasah kepekaan hati dan bathin saya di laut. Seminggu saja saya tak ke laut, pusing saya. Kalau mau bunuh saya, gampang, jangan biarkan saya ke laut he..he..” ujar Susi riang.

Susi mengunjungi Natuna dalam rangka kunjungan kerja selama 4 – 8 Agustus 2017. Dari Pontianak Kalimantan Barat, Susi naik kapal pengawas perikanan Orca selama kurang lebih 15 jam menuju Selat Lampa Natuna. 

Selama di Natuna, Susi meninjau perkembangan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Selat Lampa. Susi juga memberikan bantuan kepada nelayan Natuna dalam bentuk premi asuransi, pembayaran klaim asuransi, paket kapal pengangkut ikan, dan paket alat tangkap ikan senilai total Rp 7 miliar.

Susi sempat pula mengunjungi sejumlah desa nelayan dan melakukan patroli dari udara untuk melihat apakah masih ada praktik penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing) di perairan Natuna

Di sela kegiatan resminya, Susi menikmati pantai dan keindahan pulau-pulau kecil yang tak jauh dari Kota Ranai, termasuk Batu Sindu.

“Saya bersyukur masih bisa menikmati keindahan alam dan laut. Dengan menikmati alam, hidup kita menjadi seimbang, pikiran dan hati menjadi satu,” kata Susi sambil menyeruput kopi.

Susi lantas bercerita, bagaimana perubahan besar terjadi di perairan Natuna dalam dua tahun terakhir. Dulu, perairan Natuna merupakan salah satu tempat favorit praktik illegal fishing atau penangkapan ikan yang ilegal, tidak tercatat, dan tidak dilaporkan (IUU fishing). 

Menteri Susi di NatunaKKP/DIDIK HERIYANTO Menteri Susi di Natuna
Sumber daya ikan di Perairan Natuna sangat melimpah. Ikan-ikan bernilai ekonomis tinggi seperti kakap merah, kerapu, napoleon, cumi, dan udang sangat mudah ditemukan. 

Di sisi lain, Natuna yang merupakan daerah terluar di utara Indonesia kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat sehingga berdampak pada minimnya pengawasan.

Dengan kondisi tersebut, ribuan kapal ikan dari Vietnam, Thailand, dan China pun masuk-keluar dengan bebas ke perairan zona ekonomi ekslusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara, yang dulu bernama Laut China Selatan, selama bertahun-tahun.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com