Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS-Korea Utara Memanas, Perlukah Kita Mengalihkan Aset Investasi?

Kompas.com - 14/08/2017, 19:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Perang mulut antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menekan pasar global. Pasar finansial Indonesia pun terkena imbas.

Akhir pekan lalu, pasar modal regional terperosok cukup dalam gara-gara konflik AS-Korut. Investor panik dan melepas aset berisiko. Lalu, mereka masuk instrumen safe haven termasuk emas.

Jemmy Paul Wawointana, Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management, menilai, investor bisa melirik emas untuk alternatif investasi di tengah kondisi geopolitik yang tidak menentu.

"Kalau benar terjadi perang, biasanya harga emas naik," katanya pada KONTAN kemarin. (Baca: Dengan 4 Cara Ini, China Bisa Bikin Ekonomi Korea Utara Kacau)

Dia pun menyarankan pemilik modal masuk reksadana pasar uang, obligasi korporasi, atau SUN tenor pendek. Selain karena kondisi global tidak menentu, IHSG dalam fase koreksi yang secara historikal terjadi pada Agustus-Oktober.

"Dalam 12 bulan ke depan, lebih baik berinvestasi ke instrumen yang lebih stabil saja," imbuh Jemmy.

Rio Ariansyah, Head of Investment Phillip Asset Management, pun menyarankan investor masuk reksadana yang defensif, seperti pasar uang dan pendapatan tetap, atau obligasi serta deposito.

Cuma, meski emas ideal di saat kondisi tak pasti, bukan berarti investor menjauhi sepenuhnya pasar saham. Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menyatakan, konflik ini hanya berefek jangka pendek.

"Saya pikir tidak terlalu parah, fundamental Indonesia kuat," kata dia.

Potensi peralihan ke aset safe haven memang ada, tecermin dari menguatnya harga emas ke 1.289 dollar AS per ons troi. "Ada kenaikan 2,5 persen sepekan kemarin," ucap Kevin.

Tapi, Kevin tak mau buru-buru menilai konflik AS-Korut bisa melemahkan rupiah. Bila kondisi berlarut-larut, mungkin ada efek domino ke rupiah. "Namun, makro Indonesia cukup kuat," kata Kevin.

Toh secara historis, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto bilang, peperangan sering terjadi tapi dampak ke pasar modal terbatas.

Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman juga melihat saham masih jadi instrumen menarik. Apalagi, ketegangan antara Washington dengan Pyongyang tak melibatkan Jakarta secara langsung.

Norico hanya mengimbau investor agar berhati-hati dala, memilih saham. "Hindari saham emiten yang berbisnis dengan kedua negara seperti eksportir," saran dia. (Dede Suprayitno, Elisabet Lisa Listiani Putri, Nisa Dwiresya Putri, Riska Rahman)

Berita ini sudah tayang di KONTAN dengan judul "Geopolitik panas, perlu alihkan aset investasi?" pada Senin (14/8/2017).

Kompas TV Investor dari AS mulai menarik dana di luar negeri menyusul ketegangan di Semenanjung Korea

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com