Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sara Dhewanto
Pegiat Fintech

Anggota Asosiasi FinTech Indonesia dan Managing Director duithape

Pencarian Start-Up Besar Berikutnya

Kompas.com - 15/08/2017, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Penelitian Bill Gross (Idealab) menganalisis 200 start-ups untuk menemukan faktor apa yang paling menentukan suksesnya sebuah start-up.

Faktor-faktor kunci tersebut ternyata adalah; ide, tim, model bisnis, pendanaan dan waktu. Tidak disangka, ‘waktu’ terbukti sebagai faktor yang paling berpengaruh bagi keberhasilan sebuah start-up.

YouTube merupakan contoh pemilihan waktu secara luar biasa. Setelah perusahaan video lain gagal, YouTube diluncurkan pada tahun 2005, dimana kendala penayangan video telah terpecahkan melalui Adobe Flash dan didukung oleh meningkatnya penetrasi layanan broadband. Saat itu pasar telah siap dan YouTube pun lepas landas.

Pemilihan Waktu yang Tepat

Bagaimana kita mengetahui waktu yang tepat? Pertanyaan pertama yang perlu dijawab adalah apakah konsumen telah siap (untuk menerima produk/layanan yang direncanakan).

Indonesia Fintech Report 2016 oleh AFTECH menyebutkan Indonesia memiliki kebutuhan besar akan pasar teknologi finansial (tekfin), karena 150 juta orang belum memiliki akun bank, hanya 9 persen populasi menggunakan kartu kredit sebagai metode pembayaran, dan 44 persen populasi melakukan pinjaman hanya dari teman dan anggota keluarga.

Di sisi lain, saat ini pasar sudah siap, ditinjau dari jumlah pelanggan paket data yang mencapai 326,3 juta orang (setara dengan 126 persen populasi Indonesia), dengan lebih dari 100 juta pengguna internet, dan fakta akan kegemaran warga Indonesia terlibat dalam media sosial (Indonesia berada di peringkat ke-4 pengguna Facebook terbesar, dan Jakarta adalah kota dengan geo-tag terbanyak di dunia). Menimbang hal-hal tersebut, saat ini dipandang sebagai waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam start-up tekfin.

Di tataran global, investasi tekfin di pasar dunia mengalami peningkatan tujuh kali lipat menjadi 20 milliar dollar AS antara tahun 2012 hingga 2015 . Investor asing bahkan menanam investasi ratusan juta dollar dalam start-up tekfin di Indonesia akhir-akhir ini.

Industri tekfin di Indonesia pun tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir. Meski sempat stagnan pada tahun 2014, antara tahun 2015-2016 tercatat pertumbuhan gemilang 78 persen.

Saat ini terdapat lebih dari 173 start-up di bidang tekfin yang berpotensi menjadi ‘YouTube’ berikutnya di dunia perbankan. Terdapat kesempatan yang begitu besar untuk berinvestasi di tekfin karena masih relatif murah. Pertanyaannya, start-up mana yang layak dipilih untuk sasaran investasi?

Dua bulan yang lalu saya menghadiri sebuah acara yang menampilkan Tim Draper, seorang venture capitalist dengan portfolio investasi yang mengagumkan seperti Skype, Baidu dan Tesla.

Saya bertanya, “Anda sudah bertemu begitu banyak start-up selama karir anda. Sebagian mengalami sukses cukup besar, sementara yang lain gagal. Apa yang membedakan start-up yang sukses dibandingkan yang tidak?”. Ia menjawab, “Kekuatan untuk bertahan”.

Kelangsungan Hidup Start-Up di Bidang Tekfin

Sekitar dua per tiga bisnis akan bertahan selama 2 tahun, sekitar setengah dari semua bisnis akan bertahan selama 5 tahun, dan hanya satu per tiga akan bertahan selama 10 tahun.

Penelitian University of Tenessee mengungkapan penyebab utama kegagalan usaha mikro adalah ketidakmampuan (46 persen), ketimpangan pengalaman atau tidak adanya pengalaman manajerial (30 persen) dan tidak adanya pengalaman dalam lini penyedia barang dan jasa (11 persen).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com