Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Asumsi Inflasi dan Return Reksa Dana Dalam Perencanaan Keuangan (2)

Kompas.com - 15/08/2017, 12:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Penggunaan asumsi return dalam reksa dana tidak dipisahkan dari faktor adanya risiko. Risiko bukan hanya terjadinya kerugian tetapi juga tingkat return yang positif tetapi tidak mencapai tingkat return yang diharapkan.

Kata “asumsi return 15 persen per tahun” untuk reksa dana saham bagi orang awam seolah-olah akan untung 15 persen setiap tahun. Hal ini sangat tidak tepat. Yang lebih benar adalah angka tersebut diperoleh dari rata-rata kinerja reksa dana saham secara historis.

Ada tahun-tahun dimana tingkat return reksa dana saham sama atau lebih tinggi dari 15 persen, ada juga tahun-tahun dimana returnnya di bawah 15 persen atau bahkan mengalami kondisi kerugian. Rata-rata dari kinerja selama bertahun-tahun itulah diperoleh angka kisaran 15 persen.

Terjadinya tingkat return di bawah ekspektasi dapat disebabkan karena berbagai hal mulai dari kinerja pasar negatif dan atau kinerja manajer investasi yang tidak sesuai dengan pasar. Ketika pemilihan sahamnya kurang tepat, kinerja reksa dana dapat negatif walaupun saham secara umum naik.

Hal yang sama juga dapat terjadi pada reksa dana pasar uang, pendapatan tetap dan campuran walaupun dalam tingkatan yang lebih kecil.

Risiko dalam investasi merupakan hal yang tidak dapat terhindarkan. Investor dan perencana keuangan bisa meminimalkan dampak dari risiko tersebut dengan berbagai cara seperti melakukan investasi secara berkala, melakukan diversifikasi pada beberapa jenis reksa dana, melakukan “market timing” dalam berinvestasi, dan atau berinvestasi dalam jangka panjang.

Jangka waktu investasi yang panjang tidak akan menghilangkan efek dari risiko, namun setidaknya akan meminimalkan efeknya. Untuk reksa dana pasar uang, waktu 1 tahun sudah cukup, reksa dana pendapatan tetap 1-3 tahun, reksa dana campuran 3-5 tahun dan reksa dana saham lebih dari 5 tahun.

Walaupun semua upaya sudah dilakukan, tetap tidak menjamin kinerja reksa dana akan sesuai harapan karena bisa jadi kondisi perekonomian pada waktu perencanaan keuangan dilakukan tidak berjalan dengan baik sehingga kinerja dari instrumen investasi tidak sesuai dengan harapan terutama untuk jenis saham.

Adalah sangat penting untuk memahami dan menerima adanya risiko dalam perencanaan keuangan dan investasi sehingga masyarakat lebih siap menghadapinya ketika kondisi tersebut benar-benar terjadi.

Bagaimana jika merasa tidak nyaman dengan risiko? Tidak apa-apa, terdapat pilihan produk yang risikonya sangat kecil seperti tabungan dan deposito begitu pula dengan hasilnya. Pada prinsipnya, High Risk High Return, Low Risk Low Return, No Risk ya.. No Return.

Semoga bermanfaat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

Whats New
Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com