JAKARTA, KOMPAS.com - Industri financial technology (fintech/tekfin) Indonesia berkembang pesat dalam dua tahun terakhir. Menurut laporan, pertumbuhan jumlah perusahaan tekfin mencapai puncaknya pada 2016, yaitu hampir 80 persen dari yang sebelumnya hanya tumbuh sekitar 9 persen pada 2014.
Nilai investasi yang ditanamkan ke perusahaan-perusahaan tekfin pun sangat mengesankan, tercatat mencapai Rp 486,3 milliar pada tahun 2016 lalu.
Sinyal positif lain ditunjukkan melalui respon masyarakat dalam menerima layanan tekfin yang semakin komprehensif, terutama warga urban yang semakin lekat dengan layanan perbankan digital.
Fakta-fakta tersebut mempertegas potensi pasar Indonesia bagi para pelaku usaha industri tekfin untuk mengembangkan bisnis mereka.
Pemerintah, melalui otoritas moneter dan jasa keuangan, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun secara positif mendukung layanan keuangan digital antara lain melalui Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) sebagai upaya pembentukan cashless society.
Hal ini dilanjutkan dengan kampanye penggunaan uang elektronik di tahun 2017 yang cukup fenomenal.
Layanan tekfin memiliki arah dan semangat yang sama, dimana tujuan akhirnya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan transaksi non-tunai.
Gairah masyarakat yang positif karena terkesan dengan layanan tekfin yang cepat, praktis dan aman ini, tidak dapat menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan bagi terobosan tekfin.
Tekfin perlu menjawab, mau dibawa ke mana arah industri ini? Sejauh apa perkembangan inovasi dan pertumbuhan pasar ingin dicapai?
Revolusi Digital
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.