Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Setiawan Adhiputro
Pegiat Fintech

Anggota Asosiasi FinTech Indonesia 

dan Direktur Regulatory and Industrial / Government Relations OVO

Quo Vadis Layanan Tekfin Indonesia

Kompas.com - 22/08/2017, 08:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Tidak hanya diisi oleh perusahaan start-up, lembaga keuangan lain mulai dari perbankan, multifinance hingga asuransi mulai berbenah diri.

Mereka berinovasi menawarkan layanan serupa untuk menjaga relevansi mereka di tengah perubahan kebutuhan masyarakat yang begitu cepat. Hasilnya, begitu banyak produk tekfin yang tersedia di masyarakat.

Inovasi Versus Solusi

Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah layanan tekfin yang ada sudah menghadirkan solusi kebutuhan sejati masyarakat, atau hanya reaktif dalam merespon keinginan masyarakat saja?

Untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, diperlukan pelaku industri tekfin yang cerdas berinovasi dan tidak hanya latah dalam meluncurkan sebuah layanan; hanya karena melihat satu-dua pemain di industri yang cukup sukses di kancah global, kemudian tergesa-gesa mengadopsinya di Indonesia.

Para pelaku tekfin seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasi problem yang ada di tengah masyarakat, melakukan riset dan studi untuk menentukan jenis layanan yang dibutuhkan, dan menerapkan strategi yang tepat, sehingga dapat menawarkan solusi yang tepat pula.

Hal lain yang patut diperhatikan adalah kompetisi antar perusahaan start-up dengan lembaga keuangan yang telah lama eksis, dalam melakukan promosi terhadap produk dan layanan berbasis tekfin.

Apakah semua produk dan layanan tersebut benar diperlukan dan dapat diterima masyarakat? Atau alih-alih justru menciptakan kebingungan publik, mana yang tepat dan terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Sebuah survei tentang kesadaran pengguna layanan tekfin di sejumlah wilayah di Indonesia menunjukkan bahwa, dari 1.000 responden hanya kurang dari 20 persen yang telah menggunakan layanan tekfin.

Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa layanan tekfin yang ada belum sepenuhnya diandalkan sebagai solusi bagi permasalahan keuangan mereka.

Survei ini juga menyebutkan kurangnya sosialisasi dan edukasi dalam penggunaan layanan tekfin, yang turut menyumbang rendahnya pengguna layanan ini di Indonesia.

Kalau pun ada, aktivitas tersebut belum dapat memberikan pengalaman yang memuaskan bagi pelanggan. Dampaknya, upaya untuk menciptakan efek ketergantungan yang ingin diciptakan perusahaan tekfin terhadap layanan yang diberikan, belum dapat dicapai.

Melihat Tekfin di Masa Mendatang

Berkaca dari hasil survei tersebut, para pemain tekfin seharusnya belajar lebih cepat untuk memahami kebutuhan masyarakat.

Berbekal data yang akurat, perusahaan tekfin diharapkan bisa menghasilkan inovasi baru, memberikan layanan dengan nilai tambah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Saya optimis, ke depan, akan lebih banyak pemain tekfin yang sadar akan prioritas ini dan mampu menghadirkan all-in-one solutions yang lebih riil, melalui produk dan layanan yang tepat sesuai kebutuhan dan penuh kemudahan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com