Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Perlu Pangkas Suku Bunga Acuan?

Kompas.com - 22/08/2017, 12:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini, Selasa (22/8/2017).

Selain melakukan asesmen terhadap kondisi dan perkembangan perekonomian terkini, RDG BI juga akan memutuskan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dalam kajiannya menyatakan, BI perlu mulai melonggarkan kebijakan moneternya.

Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan menurunkan BI 7-day Repo Rate sebesar 25 basis poin. Saat ini, BI 7-day Repo Rate berada pada posisi 4,75 persen.

Kepala Kajian LPEM FEB UI Febrio N Kacaribu mengungkapkan, beberapa perkembangan terbaru yang dapat mengubah arah kebijakan BI sudah terlihat sejak bulan lalu.

(Baca: Suku Bunga Acuan BI Diperkirakan Tetap Hingga Akhir Tahun)

Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit pada kuartal II 2017 cenderung tidak menggembirakan. Ini menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan lemahnya permintaan domestik yang biasanya menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.

"Hal ini meningkatkan risiko inflasi yang terlalu rendah dan membuat pertumbuhan PDB (Produk Domestik) Bruto) berada di bawah target," kata Febrio dalam laporan tertulisnya, Selasa.

Kondisi tersebut terutama disebabkan pengaruh kenaikan harga listrik yang mungkin telah tercermin sebelumnya pada tingkat harga saat ini. Akibatnya, bank sentral perlu mulai melonggarkan kebijakan moneter.

Pelonggaran tersebut dapat berupa pemotongan suku bunga acuan. Selain itu, bank sentral juga dapat melakukan pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur lainnya apabila fluktuasi mata uang masih menjadi perhatian utama.

Febrio dan timnya pun memandang, pemangkasan belanja pemerintah yang tak terduga ketika permintaan swasta masih lemah menambah urgensi bagi BI untuk mengeluarkan kebijakan yang bisa meningkatkan konsumsi dan investasi swasta. Oleh sebab itu, kata dia, BI perlu mulai pangkas suku bunga.

"Sebagai alternatif, karena BI sangat memperhatikan volatilitas nilai tukar sejak taper tantrum, BI bisa melonggarkan kebijakan moneter melalui rasio cadangan yang lebih rendah," ungkap Febrio.

Pendekatan tersebut, tutur dia, mungkin akan menghasilkan transmisi kebijakan moneter yang lebih lama. Oleh sebab itu, Febrio dan tim memandang memangkas tingkat suku bunga adalah solusi yang lebih praktis.

Dari sisi eksternal, meski Indonesia masih menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan, namun arus modal yang masuk ke obligasi pemerintah Indonesia masih akan cukup kuat di sisa tahun 2017.

Ini mengingat imbal hasil obligasi rupiah yang masih menarik. Di samping itu, nilai tukar rupiah pun saat ini lebih stabil.

Ketidakmampuan pemerintah dan Kongres AS dalam menggolkan undang-undang penting juga menjadi celah bagi BI untuk memangkas suku bunga.

"Karena tingkat pertumbuhan membutuhkan penurunan suku bunga, dan karena intervensi sterilisasi yang terus-menerus itu mahal, pemotongan suku bunga harus dipertimbangkan," ungkap Febrio.

Kompas TV BI Tahan Bunga Sampai Akhir 2017?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Konflik Iran Israel Memanas, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran Israel Memanas, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Whats New
PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

Whats New
Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Whats New
LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

Whats New
Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com