Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Data Nasabah Bisa Bocor?

Kompas.com - 24/08/2017, 19:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan keamanan data nasabah perbankan di Indonesia menjadi faktor krusial yang harus benar-benar dijaga agar tak bocor dan dimanfaatkan pihak lain untuk mendapatkan keuntungan.

Penyidik Subdit TPPU/ Money Laundering Direktorat Tipideksus Bareskrim Polri menangkap seorang tersangka berinisial C (27) yang diduga terlibat dalam jaringan penjualan data nasabah bank.

C diduga telah melakukan praktik jual beli data nasabah perbankan sejak tahun 2010. Caranya dengan mengumpulkan data nasabah dari marketing bank atau rekan marketing lainnya.

Terkait dengan hal ini, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, bocornya data nasabah seperti alamat email, tempat tinggal, hingga nomor telepon bisa disebabkan oleh beberapa faktor.

(Baca: Polisi Tangkap Penjual Data Nasabah Bank)

Salah satunya disebabkan oleh banyaknya transaksi diberbagai tempat dengan menggunakan kartu debit maupun transaksi perdagangan elektronik atau e-commerce.

"Kerahasiaan data (nasabah) menjadi isu sentral di dalam pertumbuhan e-commerce dan penggunaan kartu (debit)," ujarnya usai acara konfrensi pers Indonesia Banking Expo di Perbanas Institut, Jakarta, Kamis (24/8/2017).

Menurutnya, kebocoran data nasabah juga bisa diakibatkan oleh transaksi nasabah di merchant (penjual barang atau jasa) dengan metode pembayaran nontunai atau kartu debit.

"Karena ada merchant yang punya alat capture (rekam) data juga. Kadang di merchant, kita kan harus swipe dua kali di (mesin) EDC-nya dan di POS-nya mereka di register mereka. Kita kan enggak tahu sumber data dari mana saja," paparnya.

(Baca: Data Dijual, Nasabah Harus Berbuat Apa?)

Dengan demikian, pihaknya akan membuat sistem transaksi non tunai dengan lebih meminimalisir perekaman data nasabah.

"Kita memang melihat kedepan juga akan membuat lebih sedikit capturing data, sehingga kebocoran data semakin sedikit,," ungkapnya.

Selain itu, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam melakukan pendaftaran akun pada situs e-commerce yang mencantumkan banyak data-data pribadi.

"Kami mengimbau kepada masyarakat yang menggunakan e-commerce supaya juga hati-hati dengan pendaftaran secara online, artinya jangan terlalu banyak menyebar data di banyak tempat, karena semakin banyak data di banyak tempat ya otomatis sumber kebocoran bisa dari banyak tempat," tegasnya.

Sementara itu, dari sisi perbankan, pihaknya menegaskan, kebocoran data nasabah bukan dari internal perbankan.

Sebab, bank memiliki sebuah sistem keamanan data yang mumpuni untuk mencegah terjadinya kebocoran data nasabah.

"Upaya dari bank sosialisasi soalnya kalau dari bank tidak ada masalah, soalnya dari sisi server-nya secure (aman) dan kami benar-benar jaga, jadi kalau dari pihak kita kecil kemungkinannya," pungkasnya.

Kompas TV Laptop Data Nasabah Koperasi di Yogyakarta Raib

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com