Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KKP Tunjuk BNI sebagai Pengelola Dana

Kompas.com - 25/08/2017, 16:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memilih PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sebagai bank yang akan mengelola dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) KKP, menyalurkan kredit kepada mitra-mitra binaan KKP di industri Kelautan dan Perikanan, hingga memberikan edukasi mengenai layanan perbankan kepada nelayan.

Kerja sama BNI dengan KKP ini ditandai dengan penandatanganan MoU dan beberapa Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang dilaksanakan di Jakarta, Jumat (25 Agustus 2017). Penandatanganan MoU dilaksanakan oleh Menteri Kelautan & Perikanan Susi Pudjiastuti dengan Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta. Demikian rilis resmi BNI yang diterima hari ini.

Adapun Penandatanganan PKS dilaksanakan oleh Direktur Hubungan Kelembagaan dan Transaksional Perbankan BNI Adi Sulistyowati dengan Kepala Badan Riset & Sumber Daya Manusia (BPSDM) KKP, Direktur Badan Layanan Usaha (BLU) KKP, dan Direktur Utama Perinus.

MoU BNI dengan BPSDM KKP serta BLU KKP ini terkait tentang Penyaluran Dana APBN, Pemberian Fasilitas Kredit, Edukasi Layanan dan Produk Perbankan, serta Dukungan Program Pemberdayaan Kepada Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan.

Adapun MoU antara BNI dengan Perinus diarahkan untuk Pemberian Fasilitas Kredit kepada nelayan binaan, pinjaman berbasis gaji, penyaluran kredit konsumer, hingga layanan cash management BNI.

Herry Sidharta menyampaikan bahwa, BNI juga memberikan berbagai solusi dan dukungan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan diantaranya Percepatan penyaluran kredit program dan kredit umum baik secara langsung maupun lingkage kepada pelaku usaha kelautan dan perikanan binaan KKP.

Hingga Juli 201, BNI  telah menyalurkan kredit pada Sektor Kemaritiman sebesar Rp 14,4 triliun kepada 2.359 Debitur, yang terdiri atas sektor Kelautan dan Perikanan sebesar Rp 2,1 triliun kepada 2.004 Debitur.

Adapun sektor lainnya sebesar Rp 12,3 triliun untuk 355 debitur, yang didominasi oleh kredit dari segmen pengangkutan dan pelayaran (52 persen), galangan kapal (20 persen), budidaya & Penangkapan ikan (14 persen), Industri pengolahan dan perikanan (6 persen), perdagangan hasil perikanan (6 persen) dan konstruksi pelabuhan (2 persen).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Whats New
InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

Whats New
KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Cadangan Devisa RI  Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Cadangan Devisa RI Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Whats New
Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com