JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meyakini ancaman musim kemarau pada tahun ini tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap produksi beras nasional.
Amran menjelaskan, hal ini telah terlihat dari musim kemarau yang telah terjadi pada Januari hingga Agustus 2017 tidak menyebabkan pasokan beras menurun.
"Hari ini stok beras 1,7 juta ton, kebutuhan sekitar 213.000 ton per bulan. Jadi 1,7 juta ton dibagi 213.000 ton sama dengan 8 bulan," ungkap Mentan di Kementerian Pertanian (Kementan), Ragunan, Jakarta, Senin (4/9/2017).
Menurut Amran, datangnya musim kemarau sudah diantisipasi oleh pemerintah dalam hal ini Kementan dengan menargetkan luas tambah tanam sawah sebesar 1 juta hektar setiap bulan.
(Baca: Indonesia Jual Beras 1 Dollar AS per Kg ke Fiji, Samoa dan Vanuatu)
"Ini yang menolong sehingga kekeringan kurang. Kami kebijakannya adalah tidak boleh (tanam) di bawah 1 juta hektar," kata Mentan.
Selain itu, lanjut Amran, pihaknya juga melakukan sinergi dengan kementerian lain dengan merevitalisasi dan normalisasi sarana dan prasarana irigasi pertanian.
Salah satunya dengan bantuan pompa kepada daerah yang terindikasi alami kekeringan, menyediakan embung, long storage, dan mempercepat waktu tanam. Dengan demikian dampak kekeringan bisa diantisipasi dengan baik.
Amran mengungkapkan, saat ini pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang juga tersedia dengan baik dengan pasokan sebesar 45.000 ton per hari sedangkan kebutuhan hanya 30.000 ton per hari.