JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berupaya seminimal mungkin menggunakan kucuran dana negara untuk pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Ada sejumlah hal yang dilakukan pemerintah untuk melakukan penghematan.
Pertama, jalur kereta cepat tersebut akan menggunakan skema jalur yang sudah ada, atau menggunakan rel eksisting. Pasalnya. dengan cara ini pemerintah bisa lebih berhemat anggaran, ketimbang membangun rel baru.
Hal itu dipaparkan oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi di kantor Wakil Presiden di Jakarta, Rabu (6/9/2017).
"Kalau dulu kan bisa Rp 80 triliun, kalau dengan ini (rel eksisting) mungkin lebih murah lagi. Mungkin sekitar Rp 50 triliun," kata Budi Karya.
(Baca: Kejar Selesai, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Pakai Rel Lama)
Cara lainnya, yakni melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Dalam hal ini Kementerian PUPR memiliki teknologi Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP) yang bisa menghemat pembangunan 800 perlintasan sebidang kereta cepat Jakarta-Surabaya.
"Pak Basuki (Hadimuljono) punya cara yang lebih murah lagi dengan menggunakan flyover yang murah," ujarnya.
Hanya saja, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) belum dapat memastikan anggaran final proyek kereta cepat tersebut.
Soal pendanaan, lanjut Budi Karya, akan kembali dibahas dengan JICA (Japan International Cooperation Agency) yang sempat menyatakan kesediaannya untuk membantu proyek tersebut.
"Jepang sangat antusias karena ini kan ulang tahun ke-60 hubungan Indonesia-Jepang. Memang jalur eksisting itu idenya Jepang. Jepang memang konservatif disitu," tutup dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.