Tanpa memakan waktu lama, Syakir kembali mendapat pembuat serbuk minuman. Namun, dari pengalaman pahit yang menderanya, Syakir membuat sistem makloon untuk mengambil serbuk minuman dari pembuat serbuk tersebut.
Sistem makloon yang dimaksud adalah Syakir hanya pemberi modal, dan pihak lain yang akan membuat dan mengemas serbuk . Saat itu, serbuk minuman yang dijualnya mempunyai 8 rasa.
"Pas punya makloon ini. Saya waktu yang sebelumnya distributor mengajak teman-teman distributor cobain produk saya. Akhirnya mereka tertarik dan mengambil serbuk minuman dari saya. Saya dapat untung gede disitu," tutur dia.
Setelah untung gede, Syakir berinisiatif membuat CV dengan nama CV Jakarta Powder Drink. Hal ini dibuatnya agar mendapat pembiayaan dari perbankan. Dia juga menyewa toko di daerah depok sebagai tempat pusat penjualan.
"Setelah jalan enam bulan. Saya mulai diteken sama pihak pembuat serbuk minuman. Setelah melihat prospek penjualan serbuk minuman cerah. Tadinya kan semua dikerjakan pihak pemasok, tetapi saat itu saya disuruh kemas sendiri. Saya waktu itu enggak mampu, akhirnya saya memutus kontrak pemasok," ungkap dia.
Terlepas dari putus kontrak, pria tiga anak masih menjual serbuk minuman di tokonya sambil mencari pembuat minuman serbuk. Gayung bersambut, setelah beberapa pemuda mendatangi tokonya yang kebetulan juga sebagai pembuat serbuk minuman.
"Mereka (anak muda) ini menanyakan siapa yang buat serbuk minuman. Mereka bilang bisa membuat serbuk minuman. Akhirnya kami kerja sama dan saya ikut belajar membuat serbuk minuman. Saya sampai ngontrak rumah untuk belajar," imbuh dia.
Adanya pembuat serbuk membuat semangat berbisnis Syakir timbul lagi. Dia pun langsung meminjam modal ke perbankan sebesar Rp 500 juta untuk membeli mesin. Akan tetapi, di tengah jalan beberapa pemuda meninggalkannya, karena mempunyai proyek lain.
Namun disitu, Syakir mempunyai keuntungan lebih karena telah bisa membuat serbuk minuman atas belajar dengan pemuda tersebut.
Berbekal dari pinjaman bank yang hanya cair Rp 100 juta, Syakir kembali merintis bisnis dari awal lagi pada 2012.
Dari pinjaman tersebut, Syakir membeli mesin produk serbuk minuman. Dia pun mengajak tetangganya di Depok yang bekerja kuli panggul sehari-hari untuk menjadi karyawannya.
Setelah produksi sendiri, Syakir kini mempunyai 30 rasa serbuk minuman dengan produk reguler dan premium.
Dalam sebulan, Syakir dapat menjual 8 ton produk reguler dengan harga Rp 65 .000 - Rp 75.000 per kilogram, dan 1 ton produk premium dengan harga Rp 135.000-Rp180.000.
Sehingga dengan penjualan tersebut, Syakir meraih pendapatan kotor sebanyak Rp 780 juta per bulan.
"Kami juga sekarang memasok di cafe-cafe besar di Jakarta. Hasil ini merupakan hasil keseriusan saya dan tidak putus asa dalam berbisnis," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.