Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jungkir Balik dan Kena Tipu, Mantan Wartawan Ini Sukses Jalankan Bisnis Serbuk Minuman

Kompas.com - 08/09/2017, 17:30 WIB
Achmad Fauzi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa bilang mendirikan usaha itu mudah seperti membalikkan tangan. Kenyataannya mendirikan usaha itu butuh perjuangan.

Hal tersebut yang dialami mantan pewarta photo di media nasional Muhammad Syakir mendirikan usaha minuman serbuk berasa.

Pasalnya, dia pernah dicurangi oleh rekanannya saat berbisnis minuman serbuk berasa.

Setelah keluar bekerja menjadi pewarta photo pada 2010, Syakir sapaan akrab memulai bisnis dengan menjual minuman bubble tea secara kelontong di sebuah minimarket daerah Depok.

Kemudian, setelah 1-2 bulan menjalankan usaha minuman bubble tea, Syakir mempunyai ide mewaralabakan usahanya ke orang lain.

Dituliskannya secarik kertas yang bertulis 'buka franchise' dan nomor telepon yang ditempelkan di gerobak usahanya.

"Saya pikir boleh juga jualan minuman. Akhirnya, saya iseng-iseng buka franchise bisnis minuman. Saya tulis nomor telpon di gerobak minuman saya. Setelah itu banyak orang telpon karena tertarik, cuma waktu itu saya cuma iseng saja jadi enggak diterima tawarannya," ujar Syakir.

Penolakan itu dikarenakan bahan minuman bubble tea tidak murni menggunakan serbuk minuman.

Dia masih mencampur dengan sirup berasa agar untuk menambah rasa minumannya. Sehingga, hal ini yang membuat biaya operasional menjadi mahal.

Oleh karena itu, Pria asal Makassar ini mencari pemasok serbuk minuman di Indonesia lewat dunia maya (internet).

Pencarian di dunia maya pun membuahkan hasil, dia mendapatkan pemasok besar serbuk minuman untuk seluruh Indonesia.

"Namun setelah 2-3 bulan saya mengambil serbuk minuman, saya ditawarkan menjadi agen di Makassar. Tanpa berpikir panjang, dengan modal dari jual kamera dan tempat milik orang tua, saya ke Makassar untuk menjadi agen," imbuh dia.

Namun, menjadi agen di Makassar tidak bertahan seperti umur tanaman jagung. Hal ini dikarenakan, karena kecurangan yang dilakukan oleh pemasok.

"Jadi agen bangkrut juga. Karena pemasok ini curang. Dia (pemasok) juga menjual serbuk minuman ke penjual di Makassar. Padahal ada agen disitu yang bisa menjual serbuk. Harusnya kalau ada agen, pusat enggak masok lagi ke penjual lainnya," ungkap dia.

Akan tetapi, kejadian tersebut tidak membuat Syakir patah arang. Kali ini, Pria 43 tahun kembali mencari pembuat serbuk minuman di Indonesia melalui dunia maya lagi.

Tanpa memakan waktu lama, Syakir kembali mendapat pembuat serbuk minuman. Namun, dari pengalaman pahit yang menderanya, Syakir membuat sistem makloon untuk mengambil serbuk minuman dari pembuat serbuk tersebut.

Sistem makloon yang dimaksud adalah Syakir hanya pemberi modal, dan pihak lain yang akan membuat dan mengemas serbuk . Saat itu, serbuk minuman yang dijualnya mempunyai 8 rasa.

"Pas punya makloon ini. Saya waktu yang sebelumnya distributor mengajak teman-teman distributor cobain produk saya. Akhirnya mereka tertarik dan mengambil serbuk minuman dari saya. Saya dapat untung gede disitu," tutur dia.

Setelah untung gede, Syakir berinisiatif membuat CV dengan nama CV Jakarta Powder Drink. Hal ini dibuatnya agar mendapat pembiayaan dari perbankan. Dia juga menyewa toko di daerah depok sebagai tempat pusat penjualan.

"Setelah jalan enam bulan. Saya mulai diteken sama pihak pembuat serbuk minuman. Setelah melihat prospek penjualan serbuk minuman cerah. Tadinya kan semua dikerjakan pihak pemasok, tetapi saat itu saya disuruh kemas sendiri. Saya waktu itu enggak mampu, akhirnya saya memutus kontrak pemasok," ungkap dia.

Terlepas dari putus kontrak, pria tiga anak masih menjual serbuk minuman di tokonya sambil mencari pembuat minuman serbuk. Gayung bersambut, setelah beberapa pemuda mendatangi tokonya yang kebetulan juga sebagai pembuat serbuk minuman.

"Mereka (anak muda) ini menanyakan siapa yang buat serbuk minuman. Mereka bilang bisa membuat serbuk minuman. Akhirnya kami kerja sama dan saya ikut belajar membuat serbuk minuman. Saya sampai ngontrak rumah untuk belajar," imbuh dia.

Produk Jakarta Powder DrinkKOMPAS.com/Achmad Fauzi Produk Jakarta Powder Drink
Adanya pembuat serbuk membuat semangat berbisnis Syakir timbul lagi. Dia pun langsung meminjam modal ke perbankan sebesar Rp 500 juta untuk membeli mesin. Akan tetapi, di tengah jalan beberapa pemuda meninggalkannya, karena mempunyai proyek lain.

Namun disitu, Syakir mempunyai keuntungan lebih karena telah bisa membuat serbuk minuman atas belajar dengan pemuda tersebut.

Berbekal dari pinjaman bank yang hanya cair Rp 100 juta, Syakir kembali merintis bisnis dari awal lagi pada 2012.

Dari pinjaman tersebut, Syakir membeli mesin produk serbuk minuman. Dia pun mengajak tetangganya di Depok yang bekerja kuli panggul sehari-hari untuk menjadi karyawannya.

Setelah produksi sendiri, Syakir kini mempunyai 30 rasa serbuk minuman dengan produk reguler dan premium.

Dalam sebulan, Syakir dapat menjual 8 ton produk reguler dengan harga Rp 65 .000 - Rp 75.000 per kilogram, dan 1 ton produk premium dengan harga Rp 135.000-Rp180.000.

Sehingga dengan penjualan tersebut, Syakir meraih pendapatan kotor sebanyak Rp 780 juta per bulan.

"Kami juga sekarang memasok di cafe-cafe besar di Jakarta. Hasil ini merupakan hasil keseriusan saya dan tidak putus asa dalam berbisnis," pungkas dia.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com