JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir terpantau menguat terhadap dollar AS.
Namun demikian, Bank Indonesia (BI) memandang yang terpenting adalah rupiah dalam keadaan stabil. Kondisi rupiah yang semacam itu pun penting bagi pelaku usaha.
Pasalnya, apabila rupiah terlalu lemah, maka kondisi ini tidak bagus bagi mereka yang memiliki kewajiban valas dan importir. Namun, kondisi rupiah yang lemah juga bisa mendorong ekspor.
Apabila terlalu kuat, maka akan membuat impor terus terjadi dan melemahkan produksi dalam negeri.
"Lebih baik dagang, impor, karena barangnya tersedia di luar negeri," kata Mirza di Kompleks Perkantoran BI, Jumat (8/9/2017).
Selain itu, apabila rupiah kuat, maka kondisi ini tidak baik juga bagi neraca perdagangan. Oleh karena itu, menurut bank sentral, kondisi rupiah yang paling baik adalah sesuai dan mencerminkan ekuilibrium dan fundamental ekonomi.
Di samping itu, kondisi rupiah yang dipandang baik adalah yang dapat mendukung surplus nerava perdagangan. Menurut Mirza, rupiah yang terlalu kuat juga tidak berarti bagus bagi perekonomian.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.