Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Komoditas Melimpah, Menhub Pertimbangkan Tol Laut Lewati Bima

Kompas.com - 10/09/2017, 22:08 WIB
Aprillia Ika

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dalam kunjungannya ke Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Keguruan (STKIP) Taman Siswa di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) memaparkan bahwa Bima merupakan wilayah dengan potensi komoditas yang luar biasa besar.

Untuk menjembatani tingginya potensi komoditas di Bima, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sedang mempertimbangkan tol laut untuk melalui rute Bima.

Menurut Menhub, tol laut sebaiknya tidak kembali dari Bima dengan muatan kosong. Dia yakin, melimpahnya komoditas di Bima membuat kapal khusus tol laut akan kembali dengan muatan penuh.

"Potensi muatan baliknya ada. Tanahnya subur. Ada jagung, bawang merah dan kedelai. Potensi sapi juga cukup banyak," ujar Menhub usai memberikan kuliah umum ke civitas akademika STKIP Taman Siswa Bima, Minggu (10/9/2017).

Menurut Menhub, pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

"Kami ingin mandiri secara ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis domestik di Indonesia, Bapak Presiden sudah mencanangkan program tol laut untuk menanggulangi disparitas harga antara barat dan timur," ucap Menhub Budi Karya.

Menhub menambahkan dengan adanya kapal-kapal regular yang menjadi trayek tol laut, biaya transportasi angkutan menjadi turun dan sudah terbukti harga-harga barang turun 20 persen di beberapa lokasi, misal di pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Tol laut juga menggairahkan kehidupan ekonomi warga sebab selain harga komoditas semakin terjangkau dan juga warga dapat menjual hasil produksinya," papar Menhub

Komoditas Unggulan

M Junaidin, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Bima, memaparkan bahwa Bima saat ini memiliki sejumlah komoditas unggulan yang dimuat di kapal saat berlabuh. Sementara untuk bongkar barang, kebanyakan merupakan komoditas semen dan bahan pokok.

Komoditas unggulan di Bima misalnya saja jagung, yang dimuat sekitar 85.000 ton per tahun. Komoditas jagung ini mencapai puncak pengiriman pada bulan Mei, Juni dan Juli, atau sebelum masuk musim kemarau.

Saat musim kemarau, barulah kemudian komoditas bawang mencapai puncaknya, selama tiga bulan. Komoditas ini bisa dimuat 800 ton per minggu ke sejumlah wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Kemudian, komoditas sapi dengan muatan hingga 1.500 ekor per bulan. Paling banyak pengiriman ke Surabaya, Jawa Timur. Juga ke Kalimantan dan Sulawesi.

"Selain itu juga ada kacang tanah dan kacang kedelai yang muat 300 ton per bulan per kapal, dengan pengiriman ke Banjarmasin. Serta juga ada potensi garam," pungkas M Junaidin.

Kompas TV Indonesia menegaskan untuk meneruskan visi poros maritim karena sesuai dengan geografi nusantara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Whats New
Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com