Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Kaya di Negara-negara Ini Gemar Simpan Harta di Luar Negeri

Kompas.com - 14/09/2017, 11:06 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Kasus penghindaran pajak tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di banyak negara di dunia.

Sebuah riset terbaru menunjukkan, adanya penghindaran pajak menyulitkan untuk menghitung ketimpangan antara warga kaya dan miskin.

Mengutip Bloomberg, Kamis (14/9/2017), studi tersebut adalah yang pertama dalam mengukur penghindaran pajak yang terjadi di sebuah negara.

Laporan studi tersebut baru saja diluncurkan oleh sebuah kelompok riset ekonomi pada pekan ini.

(Baca: Jumlah Orang Kaya di China Lebih Banyak dari di AS)

 

Dalam studi tersebut ditunjukkan bahwa sepersepuluh dari total kekayaan yang ada di seluruh dunia disimpan di luar negeri, yakni negara-negara surga pajak.

Angka tersebut meningkat hingga mencapai 15 persen untuk Eropa dan 60 persen untuk negara-negara Teluk dan Amerika Latin.

Adapun terkait total kekayaan yang disimpan di luar negeri dan porsinya terhadap produk domestik bruto (PDB), Uni Emirat Arab, Venezuela, Arab Saudi, Rusia, dan Argentina berada dalam peringkat teratas.

Sementara itu, Inggris dan Perancis berada di atas rata-rata dan AS di bawah rata-rata. Ada beberapa faktor yang sangat diasosiasikan dengan tingginya porsi kekayaan yang disimpan di luar negeri.

(Baca: Rahasia orang Kaya Bertambah Kaya)

 

Beberapa faktor itu antara lain lokasi yang dekat dengan negara surga pajak Swiss, kehadiran sumber daya nasional, dan ketidakstabilan ekonomi maupun politik.

"Inilah barangkali yang menjadi alasan mengapa AS berada di bawah rata-rata," ujar Gabriel Zucman, salah satu ekonom penyusun studi tersebut.

Kekayaan yang disimpan di luar negeri mendorong terjadinya ketimpangan ketika difaktorkan ke dalam data perpajakan, karena kekayaan ini milik warga-warga kaya.

Di Inggris, Spanyol, dan Perancis, sekitar 30 sampai 40 persen kekayaan dari 0,01 warga terkaya disimpan di luar negeri. Bahkan, di Rusia angkanya sampai 60 persen.

(Baca: Meniru Orang Kaya namun Belajar dari Orang Miskin)

"Cara kita mengukur ketimpangan di ekonomi dan sosial adalah kita sangat bergantung pada data perpajakan. Ada masalah yang jelas bahwa ada penghindaran pajak. Jika Anda hanya melihat data perpajakan, maka ada risiko bahwa Anda akan meremehkan konsentrasi kekayaan yang sesungguhnya," ungkap Zucman. 

Kompas TV Putus Hubungan Diplomatik, Harga Saham di Bursa Qatar Jatuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com