Meskipun kekhawatiran mengenai keseluruhan kesehatan ekonomi global terus mendominasi daftar tersebut, namun laporan tersebut juga menemukan adanya peningkatan kekhawatiran mengenai keamanan siber yang semakin penting.
"Para pemimpin bisnis di banyak negara ekonomi terbesar kini menempatkan siber sebagai risiko utama mereka. Perusahaan-perusahaan harus menganalisis bagaimana ancaman ini dapat memengaruhi operasional mereka dan mengambil mitigasi risiko yang tepat dan pengukuran resiliensi," kata John Drzik, presiden Marsh Global Risk & Digital.
Hasil survei tersebut menemukan pula bahwa para responden di Amerika Utara, Asia Timur, dan kawasan Pasifik sangat mengkhawatirkan masalah serangan siber dan bubble (penggelembungan) aset.
Sementara itu, pengangguran, krisis fiskal, dan kegagalan pemerintah untuk mewujudkan stabilitas adalah tiga risiko yang dihadapi bisnis secara global.
Data dari survei bertajuk Executive Opinion Survey (EOS) tersebut berasal dari 12.411 orang eksekutif di 136 negara. Survei dilakukan pada Februari hingga Juni 2017 lalu.
Responden diminta untuk mengidentifikasi 5 risiko terbesar untuk melakukan bisnis di negara mereka masing-masing.
Risiko yang diidentifikasi beragam, mulai dari ekonomi, geopolitik, sosial, dan teknologi yang dapat berdampak pada korporasi dalam 10 tahun ke depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.