Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Saumlaki, “Sirip” Baru Penghela Ekonomi Kawasan Timur

Kompas.com - 25/09/2017, 17:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorMuhammad Fajar Marta

Potensi tangkapan ikan pelagis besar bernilai tunggi seperti tuna, cakalang, dan tongkol di Laut Timor dan Arafuru mencapai 490.000 ton per tahun. Sementara potensi tangkapan ikan demersal bernilai tinggi seperti kerapu dan kakap mencapai 586.000 ton per tahun.

Jika asumsi harga rata-rata ikan bernilai tinggi itu sebesar Rp 10.000 per kg saja, maka potensi tangkapan di Laut Arafuru dan Laut Timor sekurangnya mencapai Rp 10 triliun per tahun.

Pada 2016, produksi perikanan tangkap di MTB baru mencapai 9.702 ton dengan nilai sebesar Rp 151 miliar. Produksi tersebut dihasilkan nelayan yang total jumlahnya sebanyak 11.245 orang.

Sebagian besar nelayan di MTB merupakan nelayan kecil yang menggunakan perahu tanpa motor. Adapun alat tangkap yang banyak digunakan adalah pancing dan jaring insang (gill net).

SKPT

Dengan berbagai potensinya tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun menetapkan Saumlaki sebagai satu dari 12 pulau perbatasan yang akan dikembangkan sebagai Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT).

Sebelas pulau lainnya adalah Natuna, Merauke, Mentawai, Nunukan, Talaud, Morotai, Biak Numfor, Mimika, Rote Ndao, Sumba Timur, dan Sabang. 

SKPT merupakan pembangunan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan dengan sektor kelautan dan perikanan sebagai penggerak utamanya.

Konsep SKPT adalah mengintegrasikan rantai nilai bisnis perikanan dalam satu lokasi. Dengan demikian, tahapan mulai dari pendaratan ikan, pengolahan ikan, hingga pemasarannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

SKPT menyediakan seluruh sarana dan prasarana bisnis perikanan seperti pelabuhan ikan, tempat pelelangan ikan, coldstorage, tempat perbaikan kapal, penyediaan bbm dan es, karantina untuk ekspor hingga tempat penginapan untuk nelayan.

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, konsep SKPT juga bertujuan menciptakan sistem logistik ikan yang lebih efisien karena dekat dengan pasar ekspor. Dalam hal ini, daerah SKPT akan langsung menjadi pintu gerbang (gateway) untuk ekspor.

Saumlaki hanya berjarak 490 km dari Darwin Australia, yang merupakan salah satu negara tujuan ekspor hasil perikanan Indonesia.

Penerbangan dari Saumlaki ke Darwin, kota di utara Australia hanya memakan waktu kurang dari satu jam, jauh lebih cepat dari penerbangan Saumlaki ke Jakarta yang memakan waktu lebih dari 5 jam.

SKPT Saumlaki rencananya akan dibangun di atas lahan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Ukurlaran seluas 2 hektar.

PPI Ukurlaran, yang berjarak 6 km dari pusat kota Saumlaki, merupakan proyek yang dibangun Kabupaten MTB pada tahun 2005.

Namun PPI tersebut kini mangkrak, menyisakan dermaga, tempat pelelangan ikan, bangunan processing ikan, pabrik es, gedung perkantoran yang tidak terawat dan rusak di sana-sini.

Karena akan dikembangkan sebagai SKPT oleh pemerintah pusat, Pemda MTB pun menyerahkan lahan PPI Ukurlaran tersebut untuk dikelola KKP.

KKP sendiri mengalokasikan dana sekitar Rp 65 miliar untuk merehabilitasi PPI Ukurlaran menjadi SKPT.

Dana tersebut akan digunakan antara lain untuk memperbaiki dermaga, tempat pelelangan ikan, membangun coldstrorage berkapasitas  200 ton, pengadaan ice flake machine sebanyak 3 unit dengan kapasitas masing-masing 1,5 ton per hari, pembangunan instalasi listrik, air bersih, dan stasiun pasokan bahan bakar minyak.

Pemerintah Jepang, melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) juga akan menyalurkan dana untuk pengembangan SKPT Saumlaki antara lain membantu pembangunan pelabuhan perikanan, pasar, coastal radar, serta sistem satelit. 

Ekspor

Untuk mendorong ekspor, KKP juga telah membangun pusat karantina ikan di Saumlaki. Dengan demikian, kualitas ikan ekspor dari Saumlaki dipastikan akan berkualitas tinggi dan memenuhi standar ekspor. Berikutnya akan berdiri pula kantor bea cukai dan kantor imigration.

 

Berbagai jenis ikan hasil tangkapan nelayan SaumlakiIstimewa Berbagai jenis ikan hasil tangkapan nelayan Saumlaki

Selain itu juga akan ada penerbangan kargo langsung dari Saumlaki ke Darwin. Dengan transportasi udara, hasil perikanan dari Saumlaki sudah bisa sampai di Darwin dalam waktu sekitar 40 menit.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com