Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Desmon Silitonga
Head Investment

Analis PT Capital Asset Management, alumnus Pascasarjana FE UI.

Memanfaatkan Momentum Pemulihan Ekonomi Global

Kompas.com - 27/09/2017, 08:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

SAMPAI dengan semester I-2017, pertumbuhan global menunjukkan tren yang positif, meski belum sekuat yang diharapkan dan belum terjadi secara menyeluruh. Menurut International Monetary Fund (MF), pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2017 dan 2018 di level 3,5 persen dan 3,6 persen. Sementara, menurut Bank Dunia, di level 2,7 persen dan 2,9 persen.

Dari negara maju (advanced economic), kinerja perekonomian Amerika Serikat (AS) sampai semester I-2017 terus menunjukkan tren perbaikan. Pertumbuhan ekonomi di kuartal II I-2017 melonjak ke level 2,2 persen (yoy). Lebih baik dari kuartal I-2017 di level 1,8 persen (yoy). Pertumbuhan ini ditopang oleh daya beli dan investasi.

Indikator makro ekonomi AS juga menunjukkan sinyal yang positif, seperti inflasi, nilai tukar, tingkat pengangguran, pasar saham, pasar obligasi, tingkat keyakinan konsumen, dan tingkat suku bunga.

Meski begitu, pertumbuhan ekonomi yang solid ini bisa tersendat, jika pemerintah Donald Trump tidak bisa mendeliver kebijakan fiskalnya untuk mendorong pertumbuhan melalui ekspansi belanja dan relaksasi pajak untuk menarik investasi.

Harus diakui sampai saat ini, kebijakan pemangkasan pajak (tax reduction) badan dan pemotongan belanja jaminan kesehatan yang selama ini dianggap menggerogoti anggaran, hingga saat ini masih belum dapat berjalan mulus.

Itulah sebabnya, jika kebijakan fiskal ekspansif ini tidak dapat direalisasikan, maka ekspektasi terhadap akselerasi perekonomian AS bisa turun. Pendek kata, risiko yang bisa menghambat keberlanjutan perekonomian AS berasal dari sisi fiskal.

Kondisi yang sama juga terjadi di zona euro. Pemulihan ekonomi terus terjadi, meski masih cenderung terbatas. Di semester I 2017, kawasan ini tumbuh 0,6 persen yang ditopang oleh Jerman, Inggris, dan Perancis.

Meski begitu, keputusan Inggris untuk keluar dari Zona Euro (Brexit) tahun 2016 lalu sempat memberikan sentimen negative terhadap masa depan pemulihan ekonomi di kawasan ini. Untunglah, sentimen ini hanya bersifat sementara.

Bagaimana pun, Inggris masih membutuhkan sejumlah syarat lain untuk benar-benar keluar dari zona euro. Dan tahun 2018, merupakan keputusan akhir apakah Inggris akan benar-benar keluar dari zona euro.

Itulah sebabnya, faktor Brexit ini akan menjadi salah satu faktor ketidakpastian yang menjadi perhatian di tahun 2018. Bagaimana pun, Inggris memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonimian dan pasar keuangan dunia.

Hal yang sama juga terjadi di negara berkembang (emerging) yang dimotori oleh China dan India. Bahkan, kawasan ini masih menjadi motor utama yang mendorong pemulihan perekonomian global.

Ada sejumlah faktor yang membuat perbaikan perekonomian di kawasan ini, seperti harga komoditas yang mulai membaik, reformasi struktural yang dijalankan, dan kebijakan ekspansif yang dijalankan oleh sejumlah negara di kawasan ini.

Pasar keuangan dan portofolio

Pemulihan ekonomi global yang terus membaik ini, memberikan dampak yang positif terhadap pasar keuangan dan keuangan dan portofolio global. Kinerjanya sampai dengan semester I-2017 cenderung stabil dan positif. Pasar saham dan obligasi menunjukkan tren bullish.

Di pasar saham misalnya, Indeks Dow Jones, misalnya, berkali-kali memecahkan nilai tertingginya dan saat ini bertengger di level 22.300. Tertinggi dalam sejarah pasar saham AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com