Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Desmon Silitonga
Head Investment

Analis PT Capital Asset Management, alumnus Pascasarjana FE UI.

Memanfaatkan Momentum Pemulihan Ekonomi Global

Kompas.com - 27/09/2017, 08:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Dorongan naik indeks Dow Jones tersebut tidak terlepas dari ekspektasi pelaku pasar terhadap percepatan pemulihan ekonomi AS yang mendorong meningkatnya ekspektasi pertumbuhan earning terhadap perusahan-perusahaan yang tercatat di bursa saham AS.

Selain itu, positifnya kinerja pasar keuangan dan portofolio global ini juga tidak dapat dilepaskan dari kebijakan yang dijalankan oleh tiga otoritas moneter di negara maju (The Fed, ECB, dan BOJ). Di kala The Fed cenderung menyedot likuiditas melalui kebijakan pengetatan moneter dan normalisasi neraca (balance sheet).

Namun, Bank Sentral Uni Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BOJ) tetap memompa likuiditas dengan mempertahankan kebijakan moneter longgar (suku bunga negatif) dan kebiajkan pembelian aset keuangan (quantitative easing/QE).

Itulah sebabnya, meski The Fed telah mengerek dua kali suku bunga acuannya (federal funds rate/FFR) tahun ini, tetapi tidak memberikan guncangan yang terlalu hebat di pasar keuangan dan portofolio dunia.

Selama aliran likuditas terpenuhi dan disokong oleh perbaikan ekonomi dan minimnya sentimen negatif, maka tren kenaikan harga aset keuangan dan portofolio akan terus terjadi.

Meski begitu, di tahun 2018, pasar keuangan dan portofolio memiliki potensi untuk mengalami tekanan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari sinyal yang telah diberikan oleh ECB, bahwa akan menghentikan (taper) kebijakan QE.

Becermin dari kebijakan taper QE yang pernah dilakukan oleh The Fed tahun 2014, membuat pasar keuangan dan portofolio, kala itu juga mengalami tekanan yang hebat. Apakah, taper QE dari ECB ini juga akan menimbulkan tekanan, kita lihat saja nanti.

Kondisi Indonesia

Di tengah tren pemulihan ekonomi global ini, kinerja perekonomian Indonesia juga masih cenderung positif, meski belum seperti yang diharapkan. Realisasi pertumbuhan ekonomi di semester I-2017 di level 5,01 persen (yoy) atau lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,18 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh konsumsi, investasi, dan ekspor seiring adanya perbaikan harga komoditas. Meski begitu, kinerja ketiganya belum seperti yang diharapkan. Di sisi lain, kinerja belanja pemerintah juga masih cenderung terbatas.

Di tengah pertumbuhan ekonomi yang cenderung flat itu, kinerja indikator makro ekonomi justru mencatatkan kinerja yang positif. Hal ini dapat dilihat dari inflasi yang rendah, nilai tukar rupiah yang  menguat dan stabil, cadangan devisa yang naik, surplus neraca perdagangan yang membaik, dan defisit transaksi berjalan yang makin sehat.

Kinerja indikator makro yang positif inilah yang juga menjadi pertimbangan dari  lembaga peringkat dunia, yaitu S&P ratings mengerek peringkat Indonesia menjadi layak investasi.

Dampaknya, diharapkan akan memberi dampak positif terhadap perekonomian Indonesia, khususnya akan mendorong aliran dana (capital inflow) yang sangat dibutuhkan untuk membiayai pembangunan, khususnya untuk investasi di sektor infrastruktur.

Indonesia membutuhkan capital inflow, karena terbatasnya sumber-sumber pembiayaan dari pasar keuangan domestik, yang tecermin dari rasio investasi terhadap saving. Indonesia terendah dibandingkan dengan negara sekawasan.

Kinerja pertumbuhan ekonomi yang positif, indikator makro ekonomi yang stabil, dan terkendalinya gejolak dari sisi eksternal memberi dampak positif terhadap kinerja sektor keuangan dan portofolio.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com