Bank Indonesia (BI) mengejutkan banyak pihak usai Rapat Dewan Gubernur BI pada Jumat (22/9) memutuskan memangkas suku bunga acuan BI 7-day (reverse) Repo Rate (BI 7-day RR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.
Ini merupakan pemangkasan yang kedua secara berturut-turut setelah pada bulan sebelumnya (Agustus 2017), BI juga menurunkan BI 7-day RR sebanyak 25 bps menjadi 4,5 persen.
Langkah bank sentral tersebut dianggap mengejutkan karena tak sesuai dengan ekspektasi pasar yang memprediksi suku bunga acuan akan bertahan di level 4,5 persen.
Pasar menilai penurunan suku bunga acuan yang agresif akan meningkatkan risiko pada pasar keuangan Indonesia.
Pasalnya, pemangkasan justru dilakukan BI di tengah meningkatnya kemungkinan naiknya suku bunga acuan di AS dan Eropa, yang memiliki pengaruh besar terhadap pasar keuangan global.
Kondisi ini berpotensi memperkecil spread suku bunga antara Indonesia dengan negara-negara maju yang berarti akan mengurangi daya tarik investor global untuk menanamkan modalnya pada instrumen-instrumen keuangan Indonesia.
Investor kemungkinan juga akan melepas aset-asetnya dalam rupiah dan mengalihkannya ke instrumen-instrumen negara lain yang lebih menarik.
Ini tentu bakal berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Rupiah yang saat ini sudah murah (undervalued) akan semakin murah sehingga fundamental perekonomian terlihat rapuh.
Langkah BI kembali memangkas suku bunga acuan juga dinilai aneh mengingat pada triwulan III 2017, konsumsi masyarakat sebenarnya mulai meningkat.
Penjualan eceran pada Agustus 2017 dilaporkan tumbuh 5,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) setelah turun 3,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.