Karena melihat inflasi inti yang terus menurun itulah, BI akhirnya memangkas BI 7-day RR sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen pada pertengahan Agustus 2017.
Meskipun suku bunga acuan telah dipangkas, permintaan domestik ternyata masih lemah, terindikasi dari inflasi inti yoy Agustus 2017 yang kembali turun ke posisi 2,98 persen.
Kondisi itu menandakan bahwa pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 bps belumlah cukup. Inflasi inti yoy sendiri sudah turun sekitar 43 bps sejak Maret 2017.
Percaya diri
BI tentu mengetahui ada potensi risiko yang harus dihadapi bila pemangkasan suku bunga acuan kembali dilakukan.
Risiko tersebut, seperti yang dikhawatirkan pasar, adalah melemahnya nilai tukar rupiah akibat larinya dana asing dari Indonesia.
Namun di sisi lain, stimulus moneter berupa penurunan suku bunga acuan harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebab, pertumbuhan ekonomi hingga triwulan II 2017 baru mencapai 5,01 persen, atau masih di bawah target sebesar 5,2 persen.
Stimulus moneter juga diperlukan untuk menghela intermediasi perbankan. Hingga kini, intermediasi perbankan belum juga membaik.
Pertumbuhan kredit Juli 2017 masih rendah yaitu tercatat 8,2 persen (yoy), meskipun membaik dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,8 persen (yoy).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.