Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pesawat Rancangan BJ Habibie R80 Gunakan Mesin Baling-baling?

Kompas.com - 29/09/2017, 06:30 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Proyek pengembangan pesawat buatan anak negeri tengah dikerjakan oleh perusahaan bentukan Presiden Ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) bersama putranya Ilham Habibie.

Tak main-main proyek yang sudah masuk kedalam daftar proyek strategis nasional itu ditargetkan akan dilakukan uji terbang pesawat R80 rancangan BJ Habibie pada tahun 2020 mendatang dan akan diproduksi massal pada 2024.

Banyak pihak yang bertanya, mengapa BJ Habibie masih menggunakan teknologi mesin dengan baling-baling pada pesawat rancangannya, disaat perusahaan dirgantara lain telah menggunakan mesin jet.

Dengan lantang, Bapak yang mendapat julukan sebagai Bapak Teknologi itu menjawab mengapa pesawat rancangannya menggunakan mesin baling-baling.

(Baca: Pesawat R80 Rancangan BJ Habibie Akan Gunakan Teknologi Terkini)

 

Menurut Habibie, penggunaan mesin baling-baling disebabkan oleh beberapa faktor, faktor pertama adalah untuk efisiensi penggunaan bahan bakar pada pesawat.

Kemudian, kedua adalah dengan menyesuaikan faktor gegorafis Indonesia sebagai negara kepulauan. Sebab, R80 dirancang sebagai pesawat yang mampu melayani penerbangan antar pulau dengan jarak tempuh pendek hingga menengah.

"Yang dijelaskan Pak Habibe itu adalah ada dua macam teknologi, teknologi turbo jet atau turbo fan dan turboprop (baling-baling)," ujar Presiden Direktur PT Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho di kediaman BJ Habibie, Patra Kuningan, Jakarta, Kamis (28/9/2017).

Menurutnya, mesin pesawat dengan jenis turbo jet akan lebih banyak memakan bahan bakar dibandingkan dengan mesin turbo prop, sebab, daya dorong mesin jet lebih besar dibandingkan baling-baling.

"Teknologi turbo jet atau turbo fan itu pada prinsipnya dihasilkan dari suatu proses yang ada di dalam tubuh turbin, jadi daya dorongnya disemburkan dari dalam (turbin)," ungkapnya.

Sedangkan, untuk baling-baling, lanjut Agung, dalam menerbangkan pesawat tidak menggunakan semburan turbin tetapi menggunakan daya dorong dari baling-baling.

"Jadi turbin tadi dipakai untuk (gerakan) baling-baling melalui gear box, dan daya dorong itu untuk turboprop jauh lebih efisien untuk penerbangan kecepatan rendah," pungkasnya.

Agung menambahkan, dalam pembuatan pesawat tersebut, pihaknya membuka peluang mengunakan mesin pesawat dari dua pabrikan mesin pesawat asal Amerika dan Inggris.

"Ada dua kandidat, satu dari Amerika, Kanada tepatnya Pratt & Whitney dan juga Rolls Royce, Inggris. Itu jelas yang dibutuhkan oleh R80, harus disesuaikan dengan kebutuhan energi yang menopang R80," jelas Agung.

Sebagai informasi, rencananya, prototype pesawat R80 akan diujiterbangkan pada tahun 2020 mendatang. Setelah melewati tahapan proses sertifikasi, R80 baru akan diproduksi secara massal pada tahun 2025 dalam melayani penerbangan jarak pendek-menengah. 

Hingga saat ini sudah ada beberapa maskapai dalam negeri yang menyatakan minatnya untuk menggunakan pesawat R80 rancamgan BJ Habibie. Adapun maskapai tersebut, antara lain Kalstar, Nam Air, Trigana Air, dan Aviastar dengan total 155 unit.

Kompas TV Menandai 72 tahun Indonesia merdeka, sebuah sejarah kebangkitan industri dirgantara nusantara dicatat dengan diluncurkannya pesawat N-219.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

Whats New
Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Whats New
Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com