PATUNGAN. Kata ini berasa Indonesia khas Indonesia banget. Dalam soal dirgantara, Indonesia ternyata juga punya sejarah patungan. Kali ini, patungan digagas pula untuk pendanaan proyek pesawat R80 yang diinisiasi BJ Habibie.
Adalah pada 1948, rakyat Aceh menyumbang sekitar 20 kilogram emas untuk dana pembelian pesawat Dakota RI-001 Seulawah, pesawat angkut pertama yang dimiliki Indonesia. Nama tersebut merupakan penghargaan atas sumbangan rakyat Aceh tersebut.
Semangat kebangsaan seperti itu sempat ditengarai redup, terutama ketika proyek-proyek strategis berguguran sejalan dengan krisis dan pemberlakuan paket ekonomi Dana Moneter Internasional (IMF) di Indonesia. Di antara proyek strategis tersebut adalah pesawat terbang.
(Baca juga bagian I dari serial tulisan ini: Patung Pancoran, Visi Dirgantara, dan Proyek R80 Habibie)
Saat Habibie menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, dia pernah menyatakan bahwa tak ada alasan untuk menyangsikan proyek bertujuan strategis dan berjangka panjang. Menurut dia pada waktu itu, masih saja ada kalangan yang menyangsikan proyek-proyek ini, padahal tidak perlu.
Pernyataan tersebut disampaikan Habibie kepada para wartawan setelah menutup Rapat Koordinasi Industri Strategis III di Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/10/1991). Saat itu dia juga berkata, tak peduli siapa yang menyangsikan proyek strategis tersebut, tetapi yang jelas putra Indonesia telah mampu membangun industri dengan teknologi tinggi.
"Tugas kita termasuk Anda (menunjuk wartawan- red), berusaha meyakinkan masyarakat Indonesia tentang pentingnya pembangunan industri strategis," ujar Habibie, seperti dikutip dalam artikel berjudul “Proyek-proyek Strategis, Tak Perlu Disangsikan” di harian Kompas edisi Sabtu (26/10/1991).
Waktu berjalan, Habibie ternyata masih kekeuh dengan visi-nya soal industri strategis. Sekalipun tak lagi jadi pejabat negara, dia berinisiasi membangun lagi pesawat terbang produk Indonesia. Kali ini lewat PT Regio Aviasi Industri (RAI), yaitu dengan proyek pesawat R80.
Patungan buat R80
Yang paling unik dari proyek pesawat R80 yang diinisiasi Habibie adalah ajakan kepada bangsa Indonesia untuk patungan mengongkosi pembuatan pesawat ini. Penggalangan dana dilakukan dengan menggandeng Kitabisa.com.
(Baca juga: Ikut Patungan, Foto Donatur Bakal Terpampang di Badan Pesawat R80 Habibie)
Sejarah kehadiran pesawat Dakota RI-001 Seulawah pada 1948 menjadi rujukan pertama dari ide penggalangan dana buat pengembangan pesawat R80. Tujuannya, sekali lagi membuktikan diri bahwa Indonesia sebagai bangsa masih bisa diajak patungan untuk kejayaan negara.
“(Semangat patungan ini untuk) angkat heroisme, gotong royong, dan ini kesempatan baik untuk gotong royong. Untuk jangka panjang juga,” kata Co-Founder dan CEO Kitabisa.com Alfatih Timur, lewat pembicaraan telepon dengan Kompas.com pada akhir Agustus 2017.
Target awal penggalangan dana ini adalah Rp 5 miliar. Angka itu memang jauh dari kebutuhan pembuatan prototipe pesawat R80 yang diperkirakan mencapai Rp 200 miliar. Total kebutuhan dana untuk skala industri bahkan Rp 20 triliun.
(Baca juga: BJ Habibie Ajak Masyarakat Sumbang Dana untuk Pengembangan Pesawat R80)
Namun, kata Alfatih, nominal Rp 5 miliar sudah besar untuk sebuah penggalangan dana publik (crowdfunding) di Indonesia.
“Apalagi selama ini jarang ya ada crowdfunding untuk produk dan inovasi. Yang sering kemanusiaan, itu pun yang paling besar sekitar Rp 4 miliar,” ujar Alfatih.
Sebagai bagian dari kebanggaan yang ingin dibangun bersama atas pesawat R80, para pendonor berpeluang mendapat reward. Dengan nominal donasi terkecil Rp 100.000, misalnya, pendonor bisa memasang fotonya di badan prototipe pesawat tersebut.