Bila proyek pesawat R80 terwujud dan pesawatnya sudah mengudara, kata Habibie, apa saja bakal bisa dibuat oleh anak-anak negeri ini. Habibie menegaskan, mendesaknya proyek R80 adalah terkait ancaman habisnya sumber daya manusia Indonesia yang punya kemampuan merancang dan membuat pesawat.
(Baca juga bagian II tulisan serial ini: Habibie dan Jejak Pesawat Buatan Indonesia)
Deputi Direktur Keuangan Urusan Pendanaan PT RAI Desra Firza Ghazfan pun saat berbincang dengan Kompas.com secara eksplisit menyitir perspektif Habibie tersebut.
“Modal utamanya industri dirgantara bukan uang atau teknologi, tapi orang,” tegas Desra.
Desra memberikan contoh, negara seperti Singapura yang tak diragukan soal nominal uangnya pun paling banter hanya bisa membangun bengkel pesawat. Visi Malaysia dengan cetak biru kedirgantaraan 2030 pun diragukan bisa terwujud, kecuali meminjam orang-orang dari Indonesia bahkan bila perlu program R80.
“Kalau mau juarai industri dirgantara, harus ada program, harus punya pesawat (buatan sendiri). Kalau tidak, ya jadi kuli saja,” ujar Desra.
Kabar baiknya, proyek R80 juga sudah masuk lagi sebagai proyek strategis pemerintah per 15 Juni 2017. Kabar baik ini berarti sebagian pendanaan program pembuatan pesawat bakal menjadi tanggungan pemerintah, setidaknya soal pencarian investor.
Tepatnya, kabar baik itu tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN). Lebih tepat lagi, proyek pesawat R80 tertera dalam lampiran peraturan tersebut.
Di luar soal porsi tanggung jawab pemerintah tersebut, apakah Anda bagian dari orang-orang yang terpanggil oleh ajakan Habibie dan para generasi dirgantara? Bisakah setidaknya sekali lagi kita tunjukkan pada dunia, bahwa anak-anak bangsa Indonesia bisa bahu-membahu mewujudkan karya anak negeri sendiri?
Lalu, apa hubungan semua cerita ini lagi dengan Patung Dirgantara di simpang Pancoran? Seperti apa pula peluang pasar yang dapat direngkuh dari pesawat R80? Simak jawabannya pada bagian IV atau terakhir dari serial tulisan ini, esok hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.