Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lepas dari Rentenir dengan Tanggung Renteng

Kompas.com - 02/10/2017, 09:30 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Sejumlah petani di beberapa desa di Bandung berhasil keluar dari jerat rentenir dengan sistem tanggung renteng. Sistem ini diperkenalkan PT Amartha Mikro Fintek.

“Kami sudah tujuh tahun masuk ke pedesaan. Selama itu, sudah Rp 107 miliar yang tersalurkan dengan total pengusaha mikro sebanyak 41.428,” ujar Brand Manager Amarta, Lydia Maria Kusnadi kepada Kompas.com, belum lama ini.

Lydia menjelaskan, perusahaannya membidik pembiayaan pengusaha mikro yang unbanked atau tidak memiliki akses perbankan. Yang perlu dicatat, pembiayaan hanya ditujukan untuk pengusaha perempuan.

“Lending yang digunakan Amartha lebih cocok diaplikasikan untuk perempuan. Selain itu, kami percaya, dengan mendorong seorang ibu, kami bisa mendorong satu keluarga sekaligus,” ucapnya.

Hal itu sesuai dengan Sankalp Southeast Asia Forum 2017, dengan mendorong perempuan maka ekonomi suatu bangsa akan meningkat. Secara signifikan, akan memberi dampak positif di bidang politik, keluarga, dan komunitas.

Sistem ini menggunakan syariah. Dana yang dikucurkan pun tidak besar. Bagi mereka yang baru memulai, pembiayaan yang diberikan sekitar Rp 1 juta. Sedangkan dana terbesar yang diberikan hanya Rp 11 juta.

Bagi nasabah yang usahanya sudah berkembang sehingga membutuhkan pembiayaan di atas Rp 11 juta, pihaknya akan menyarankan untuk mengakses perbankan. Keberhasilan dia membayar cicilan di Amartha akan menjadi catatan positif untuk perbankan.

Ada tiga perlindungan di Amartha. Pertama, kredit diberikan dengan tanggung renteng, asuransi jiwa, dan asuransi kredit. Tanggung renteng yang dimaksud adalah pembiayaan tidak dilakukan untuk perorangan.

“Jika ada satu ibu yang ingin mengajukan pembiayaan, mereka akan dikelompokkan menjadi 15-25 orang. Kelompok ini yang nantinya menerima pembiayaan. Jika satu anggotanya mengalami gagal bayar, maka kelompok ini akan tanggung renteng untuk menyelesaikan pembayaran pinjaman,” ucapnya.

Karena menggunakan cara ini, tingkat kredit macet (NPL) nol persen. “Tapi kalau ibu-ibu, mereka lebih tertib dalam bayar pembiayaan,” tuturnya.

Lydia mengaku, sistem ini sudah membantu perekonomian di desa-desa. Bahkan mereka pun bisa lepas dari jeretan rentenir.

“Alhamdulillah banyak yang tidak menggunakan jasa rentenir lagi. Pendekatan syariah yang diterapkan Amartha sangat cocok untuk ibu-ibu di pedesaan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com