Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fundamental Ekonomi Indonesia Dukung Daya Tahan Rupiah

Kompas.com - 03/10/2017, 16:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah dan sejumlah mata uang negara berkembang lainnya melemah terhadap dollar AS sejak awal pekan ini. Pelemahan tersebut disebabkan kondisi global seputar kebijakan pemerintah AS.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menuturkan, beberapa faktor pelemahan rupiah antara lain ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS. Faktor lainnya adalah terkait proposal penurunan pajak AS dan wacana pergantian gubernur bank sentral AS Federal Reserve pengganti Janet Yellen.

Meskipun demikian, Mirza meyakini pelemahan tersebut bersifat temporer alias sementara. Pada akhirnya, daya tahan nilai tukar akan bergantung kepada fundamental ekonomi masing-masing negara.

"Pada akhirnya kembali ke fundamental masing-masing. Yang jelas kalau fundamental kita baik-baik saja ya oke-oke saja," ujar Mirza di Jakarta, Selasa (3/10/2017).

(Baca: Rupiah Melemah Terhadap Dollar AS, Ini Komentar BI)

Mirza menyebut, bank sentral memandang neraca pembayaran Indonesia dalam kondisi yang sehat. Bahkan, proyeksi neraca pembayaran direvisi ke atas menjadi 11 miliar dollar AS untuk tahun 2017.

Sebelumnya, neraca pembayaran Indonesia diproyeksikan surplus sebesar 6 miliar dollar AS, kemudian direvisi menjadi 9 miliar dollar AS. Untuk tahun 2018, surplus neraca pembayaran diproyeksikan mencapai 6 miliar dollar AS.

Sementara itu, inflasi indeks harga konsumen (IHK) juga terjaga dengan baik, di mana pada September 2017 tercatat sebesar 0,13 persen secara bulanan (mtm). Dengan demikian, secara tahunan inflasi IHK berada pada posisi 3,72 persen.

"Inflasi kita kemungkinan bisa di bawah 4 persen, bisa mendekati 3,5 persen. Tapi kita mesti harus pantau," jelas Mirza.

Di samping itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga membaik pada kuartal III dan diharapkan bisa terus berlanjut pada kuartal IV 2017. Meskipun demikian, Mirza mengakui laju pertumbuhan ekonomi Indonesia belum terlampau kencang.

Namun begitu, imbuh Mirza, secara umum kondisi perekonomian Indonesia baik.  "Kuartal III mungkin (pertumbuhan ekonomi) 5,1-5,2 persen, kuartal IV 5,1-5,4 persen. Jadi ada recovery (perbaikan)," tutur dia.

Kompas TV Upaya Bank Indonesia untuk menekan bunga kredit perbankan melalui kebijakan 7 days repo rate, nyatanya belum direspon oleh industri perbankan. Pelan tapi pasti, suku bunga kredit perbankan kini justru bergerak naik. Kenaikan suku bunga kredit Januari 2017 merupakan buntut dari kenaikan bunga simpanan tenor 1 dan 24 bulan. Sudah tersambung via Skype, Kepala Analis Infovesta Utama, Edbert Suryajaya, untuk membaca tren suku bunga ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com