Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia: Asia Tenggara Hadapi Risiko Mata Uang yang Lebih Besar

Kompas.com - 04/10/2017, 15:13 WIB
Bernardin Mario P. N.

Penulis

KOMPAS.com – Indonesia bersama dengan Malaysia, Thailand dan Filipina diprediksi akan menghadapi risiko nilai tukar mata uang yang lebih besar dibandingkan dengan negara berkembang lain di Asia Timur dan Asia Pasifik.

Menurut Bank Dunia dalam laporannya, Rabu, hal ini disebabkan oleh semakin ketatnya kondisi keuangan global. 

Dilansir dari Bloomberg, perusahaan dan bank di negara tersebut memiliki utang luar negeri yang cukup besar, walaupun cadangan devisa yang saat ini dinilai cukup memadai. 

Berdasarkan laporan tersebut, Bank Dunia menilai bahwa otoritas moneter perlu mengambil sikap dengan memperketat kebijakan bila arus keluar modal mempercepat pelemahan mata uang.

(Baca: Rupiah Diprediksi Masih Tertekan)

Kemudian, jika depresiasi menekan China, pihak berwenang harus mengantisipasinya dengan intervensi pasar, sebab ke depan kebijakan keuangan akan semakin ketat.

China, Malaysia, Thailand

Bank Dunia dalam paparanya tersebut juga memberikan kredit khusus kepada China, Malaysia dan Thailand pada 2017 dan 2018.

Bank Dunia menyebutkan bahwa estimasi pertumbuhan ekonomi di tiga negara tersebut naik, dibanding estimasi semula di April.

Bloomberg memprediksi pertumbuhan ekonomi China akan naik 6,7 persen tahun ini dan 6,4 persen tahun depan.

Dari data yang dikeluarkan Bloomberg hingga 3 Oktober 2017, secara keseluruhan pertumbuhan mata uang di Asia masih tergolong baik.

Beberapa mata uang di Asia pun melonjak terhadap dollar AS pada tahun ini, seiring menguatnya prospek pertumbuhan.

Misalnya mata uang Thailand yang naik sebesar 6,94 persen, mata uang Taiwan naik 5,87 persen, mata uang Malaysia naik 5,79 persen, mata uang Korea Selatan naik 5,45 persen, mata uang China naik 4,39 persen, dan mata uang India naik sebesar 3,62 persen.

Namun mata uang Indonesia dan Filipina sama-sama turun terhadap dollar AS, yakni turun masing-masing 0,75 persen dan 2,86 persen.

Menurut Bank Dunia, pertumbuhan mata uang di Asia Tenggara, Asia Timur dan Asia Pasifik tersebut akan terus mendapat keuntungan dari membaiknya lingkungan global dan permintaan domestik yang kuat.

Meski begitu, Bank Dunia masih tetap menyorot risiko pertumbuhan yang mencakup defisit anggaran yang diperkirakan tetap tinggi atau akan meningkat di sebagian besar negara. 

Risiko lain yang patut diperhatikan hingga 2019, yakni ketidakpastian kebijakan ekonomi di beberapa negara maju, dan meningkatnya jumlah konflik geopolitik. 

Kompas TV Sudah dua pekan, rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com