Keduanya menawarkan tarif penerbangan mulai dari 10 poundsterling atau sekitar Rp 178.200, model bisnis yang terus membuat keterisian kursi penuh dan pesaing gigit jari.
"Ketika industri melihat penawaran kursi meningkat lebih cepat ketimbang permintaan, mereka semua membanting harga," tutur Louise Cooper, analis industri penerbangan.
Kompetitor yang lebih kecil tidak bisa bersaing dengan maskapai penerbangan murah yang besar.
Pasalnya, mereka kurang memiliki skala bisnis yang dibutuhkan untuk menegosiasi diskon untuk barang yang mahal, seperti bahan bakar.
Sementara itu, maskapai penerbangan nasional terlilit biaya dan ekspektasi yang menghindari mereka dari mengadopsi taktik bisnis maskapai penerbangan murah.
Di samping itu, ada juga sejumlah isu yang menghantui industri penerbangan Eropa. Isu tersebut termasuk di dalamna adalah kekurangan pilot dan serangan teroris, yang membuat maskapai termasuk Monarch menghindari destinasi liburan populer seperti Mesir dan Tunisia.
Kejatuhan Monarch adalah yang terbesar sepanjang sejarah industri penerbangan Inggris. Selain 110.000 orang batal terbang, sekitar 750.000 calon penumpang lain yang sudah memesan tiket juga terdampak.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.