DEPOK, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjelaskan besarnya kerugian yang terjadi akibat kemacetan di Jakarta.
Menurut dia, salah satu penyebab terjadinya kemacetan tersebut karena Jakarta telat membangun moda transportasi massal berbasis rel, mass rapid transit (MRT) dan infrastruktur lainnya.
"Kemacetan di Jakarta mengakibatkan kerugian 5 miliar dollar AS (sekitar Rp 67,5 triliun, bukan Rp 670 triliun seperti disebut sebelumnya, red) per tahun ya, karena jumlah jalan kecil," kata Bambang, di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (5/10/2017).
Pemprov DKI Jakarta, lanjut dia, telat membangun MRT. Padahal, kajian MRT sudah ada sejak tahun 1990-an. Hal itu disebabkan karena feasibility study (studi kelaikan) hanya dari sisi finansial saja.
"Jakarta ini sudah telat 30 tahun untuk membangun MRT, jadi (Pemprov DKI Jakarta) berkutat dengan masalah biaya, revenue berapa. Pasti akan rugi terus, enggak feasible sama sekali," kata Bambang.
Proyek MRT dapat berjalan setelah melalui pendekatan ekonomi. Menurut Bambang, MRT dapat menekan waktu tempuh dan pemborosan bahan bakar.
Saat ini, Pemprov DKI Jakarta sudah memulai pembangunan MRT karena pendekatannya bukan lagi finansial, melainkan ekonomi.
MRT Jakarta akan dibangun dalam dua fase. Fase I yakni Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia yang rencanakan akan rampung pada tahun 2019. Kemudian fase II jurusan Bundaran HI-Kampung Bandan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.