Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Tax Amnesty, Target Transaksi di Bursa Berjangka Jakarta Diturunkan 35 Persen

Kompas.com - 06/10/2017, 16:28 WIB
Aprillia Ika

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Futures Exchange (JFX) terpaksa menurunkan target transaksi pada 2017 sebesar 35 persen.

Di awal tahun, BBJ memasang target transaksi 10,5 juta lot yang terdiri atas transaksi multilateral (komoditas) 1,5 juta lot dan transaksi dalam sistem perdagangan alternatif (SPA) 9 juta lot.

Namun melihat perkembangan di kuartal III 2017, maka BBJ menurunkan target transaksi multilateral menjadi 1 juta lot dan transaksi SPA jadi 5 juta lot.

Pada Januari-Agustus 2017, total transaksi di BBJ 4,5 juta lot dengan jumlah transaksi multilateral 800.000 lot dan transaksi SPA 3,7 juta lot.

Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Bachrul Chairi mengatakan, ada sejumlah penyebab turunnya transaksi perdagangan di bursa berjangka yang disebut sebagai downswing, karena masih berpotensi untuk kembali meningkat.

Penyebabnya, selain karena kondisi lesunya perekonomian global yang berimbas pada perekonomian nasional, juga disebabkan oleh bergulirnya program tax amnesty atau pengampunan pajak.

Menurut Bachrul, sebelum adanya tax amnesty, Indonesia menjadi salah satu surga pajak bagi masyarakat yang memiliki dana berlebih. Bahkan saat itu jumlah warga yang ikut pajak dengan yang tidak ikut pajak sangat tidak proporsional.

Setelah tax amnesty, penataan tersebut berdampak pada kurang diminatinya produk-produk investasi berjangka. Saat ini hanya komoditas batu bara saja yang masih "bernafas".

Pasca tax amnesty, Bappebti mengeluarkan sejumlah aturan yang menyesuaikan dengan aturan asing yakni Financial Action Task Force (FATF). Dimana industri keuagan harus menegakkan pencegahan penucucian uang, pendanaan teroris dan pendanaan untuk senjata pemusnah massal.

Sehingga setiap ada account yang mencurigakan, Bappebti bisa mencabut atau menutup account tersebut. Sehingga praktis saat ini yang berspekulasi (di bursa berjangka) adalah pemain dengan uang yang sudah "diputihkan".

Bachrul memberikan contoh apa yang dilakukan oleh India setelah negara tersebut mengikuti kesepakatan FATF. Saat ini uang yang beredar di bursa keuagan dan berjangka di India sudah "putih" semua.

"Semua awalnya turun tetapi setelahnya bisa naik lagi dengan uang "putih" semua. Di India hanya butuh waktu 6 bulan saja," kata Bachrul saat pelatihan wartawan industri perdagangan berjangka komoditi di Malang, Jumat (6/10/2017).

Bachrul menilai ke depan downswing ini akan menimbulkan keseimbangan baru kedepannya.

Stephanus Paulus Lumintang, Direktur Utama BBJ mengatakan, belum tentu dalam enam bulan ke depan investor akan kembali berinvestasi. Bahkan kemungkinan hingga 2019 target BBJ belum akan naik.

"Tahun depan adalah tahun politik sebelum pemilu di 2019. Kemungkinan besar investor akan menahan diri," ujarnya.

Paulus membenarkan bahwa penyebab harus diturunkannya target transaksi tahun ini salah satunya disebabkan oleh adanya tax amnesty. Selain itu juga karena ada peralihan investasi ke oroduk yang lebih aman.

"Para investor melihat investasi di saham dan properti lebih prospektif," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com