Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prospek Perdagangan Berjangka Di Indonesia Masih Besar, Tapi...

Kompas.com - 07/10/2017, 10:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappepti) Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyoroti prospek perdagangan berjangka atau futures trading di Indonesia yang masih besar.

Namun, saat ini yang dikenal masyarakat Indonesia lebih banyak mengenai investasi saham dan obligasi. Sehingga, selama 20 tahun Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Futures Exchange (JFX) sebagai salah bursa berjangka di Indonesia, perkembangannya belum signifikan.

"Bursa berjangka di Indonesia sekarang saya katakan masih tahap infant (masih kecil)," kata Bachrul Chairi, Kepala Bappebti, saat pelatihan wartawan industri perdagangan berjangka komoditi di Malang, Jumat (9/10/2017).

Bachrul menjelaskan bahwa sebenarnya dengan adanya bursa berjangka menumbuhkan sejumlah kemudahan untuk investor, yakni terciptanya perekonomian yang baik. Perekonomian yang baik akan menciptakan kestabilan harga dan inflasi.

Jika ekonomi stabil, lanjut Bachrul, maka investasi baru akan lahir. "Jika ini terjadi, maka di pasar akan tercipta dan timbul produk-produk investasi baru," kata dia.

Bursa berjangka juga menyediakan suatu media untuk penyebaran dari risiko investasi. Bachrul berharap, adanya sinergi yang berkaitan dengan bursa saham akan menimbulkan pengalihan risiko baru, yang dalam konteks makro menjadi penting.

Dia memberikan contoh pentingnya bursa berjangka. Misal, dalam setahun terakhir sepertinya tidak ada gejolak kenaikan harga mie kemasan, bahkan jika harganya naik, konsumen pun tidak tahu.

Padahal, jika dilihat di AS sebagai sumber bahan baku gandum terjadi badai sehingga produksi gandum menipis akibat gagal panen. Harga gandum meningkat. Untungnya, produsen mie sudah melakukan lindung nilai atau hedging harga gandum.

Hedging dilakukan produsen mie agar harga produksinya tetap stabil. Hedging ini hanya dilakukan dengan skema perdagangan atau bursa berjangka.

Contoh lain yakni di India. Di negara tersebut perputaran produk emas untuk perhiasan hampir mencapai 1,5 miliar dollar AS per tahun.

Para produsen perhiasan emas bisa melakukan bisnisnya dengan membeli kontrak jangka panjang bahan baku emas. Agar produksinya stabil, produsen perhiasan emas di India melakukan hedging bahan baku emas.

Mengembangkan Peluang

Lantas, bagaimana peluang perkembangan bursa berjangka di Indonesia?

Menurut Bappebti, peluang mengembangkan perdagangan berjangka masih sangat besar karena saat ini masih tahap infant. Oleh sebab itu, Bappebti menilai ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan agar bursa berjangka bisa berkembang ke depannya.

Pertama, Indonesia menjadi negara yang kaya komoditas, tetapi bursa berjangkanya belum jadi acuan pasar dunia. Referensi harga masih dari luar negeri. Misalnya saja untuk komoditas CPO.

Kedua, yakni pemahaman konsumen masih sangat kurang terhadap bursa berjangka dan persepsi negatifnya ada. Saat ini masih marak investasi berkedok perdagangan berjangka atau ilegal.

"Pertanyaan adalah bagaimana kami meningkatkan image bursa berjangka. Salah satunya kami akan memberlakukan efek jera ke pialang nakal. Agar masyarakat melihat kalau bursa berjangka ada pengaturnya," kata Bachrul.

Ketiga, mendorong pemerintah agar punya regulatory framework yang bisa mengembangkan bursa berjangka. Kemudian keempat, mendorong adanya sinergi bursa-bursa yang ada, agar bisa dikembangkan produk-produk baru yang memberikan alternatif ke investor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com