Dia pun membuat selebaran pisang goreng madu dan menaruhnya di wiper mobil-mobil yang terparkir di masjid saat shalat Jumat dan gereja saat kebaktian hari Minggu. Selain itu, Nanik mencoba menjajakan pisang goreng madu di depan rumahnya.
Hanya saja, saat itu, banyak warga yang belum mengetahui pisang goreng madu dan mereka tidak tertarik dengan gorengan gosong tersebut.
"Sehari, 20 pisang saja enggak laku," kata Nanik.
Pisang goreng madu-nya semakin berkembang setelah Nanik mengikuti bazaar di beberapa lokasi pada 2009. Dia mengikuti bazzaar yang diselenggarakan Universitas Tarumanegara dan Pemerintah Kota Jakarta Barat.
Pada 2010, mulai banyak masyarakat yang mengenal produk pisang goreng madu Bu Nanik.
Kemudian pada 2014, dia menentukan pilihan untuk melanjutkan usaha katering atau pisang goreng madu. Setelah berembuk bersama keluarganya, Nanik memutuskan untuk membuka toko pisang goreng madu.
Dia juga tidak memperpanjang kontrak makan siang katering dengan hotel dan hanya menerima pesanan snack box jika ada acara atau kegiatan di hotel-hotel.
Dengan ketekunan dan keuletannya membangun usaha pisang goreng madu, kini Nanik sudah memiliki sebuah toko di Tanjung Duren. Dia juga menyediakan fasilitas pesan antar serta layanan Go-Food.
Jika dahulu pisang goreng madunya kerap tidak laku, kini ia bisa menghabiskan sekitar 5 peti pisang raja dalam sehari.
Selain pisang goreng madu, Nanik juga menjual makanan dan minuman lain di tokonya. Seperti nasi bakar, sukun goreng, bakwan, martabak granat, nasi pecel, sambal bawang Bu Rudi, dan lain-lain.
"Kebetulan setelah toko ini buka pada Oktober 2015, tokonya langsung ramai, karena kami jual barang-baran yang jarang ada di pasaran, dan konsumen saya kebetulan banyak Jawa-nya (orang Jawa)," kata perempuan asal Madiun tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.