Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukses Mengolah Talas Hama, Pemuda Ini Raih Omzet Puluhan Juta

Kompas.com - 12/10/2017, 07:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Membangun bisnis pribadi dengan mengenalkan panganan khas daerah kepada khalayak luas menjadi nilai tersendiri, terlebih mampu meningkatkan perekonomian petani sebagai produsen utama talas Sulawesi Selatan atau pacco.

Pemuda asal Makassar, Sulawesi Selatan, Mujtaba Zulfikri Al Qowy, telah mampu mengembangkan bisnis kuliner yang bisa bermanfaat bagi petani dan juga mengenalkan panganan khas Sulawesi Selatan melalui cookies yang berbahan dasar talas Sulawesi Selatan.

Panganan dari talas ini diberi merek Pacco Cookies. 

Qowy menceritakan, pada awalnya banyak yang menganggap sebelah mata tanaman talas Sulawesi Selatan bisa dijadikan bahan dasar panganan yang bernilai jual tinggi.

"Awalnya niat kami adalah membantu petani jagung di Malakaji, Sulawesi Selatan, jadi mereka sebagai petani jagung menggunakan bibit impor, pupuk kimia, dan pestisida untuk menanam jagung itu," ujar Qowy kepada Kompas.com di The Breeze BSD, Tangerang Selatan, Rabu (11/10/2017).

Melihat hal itu terjadi, Qowy merasa perlu dan harus membantu petani agar bisa menjadi petani yang lebih baik tanpa harus merusak tanah karena menggunakan berbagai zat kimia dalam memproduksi tanaman pangan.

"Talas di Malakaji itu dianggap hama, tidak seperti di Jawa yang dikonsumsi, dan memang karakteristik talas Sulawesi itu berbeda dengan yang di Jawa," ungkapnya.

Dari pandangan sebelah mata itulah dirinya bertekad untuk menjadikan talas tersebut menjadi panganan khas daerah kelahirannya, akhirnya setelah melakukan riset dan tes laboratorium dan dibuktikan bahwa pacco bisa menjadi bahan baku makanan.

"Dari sini saya berpikir bagaimana ya mengembangkan talas yang dianggap hama dan tanaman liar ini menjadi sesuatu yang bisa membantu para petani. Akhirnya saya melakukan riset, dan Alhamdulillah bisa dijadikan makanan, dan hasil tes laboratorium kandungan gizinya juga tinggi," jelasnya.

Bermula dari hal tersebut, pada tahun 2016 dirinya mengajak para petani untuk menggarap lahan seluas 8 hektar dan melakukan kerja sama kemitraan dengan petani yang menggunakan lahan milik petani untuk menanam pacco secara berkesinambungan.

"Akhirnya saya mengajak para petani dimulai dari petani kebun milik Paccoo.com ada sekitar 8 hektar dan yang menggarap lahan ada 8 petani, dan sekarang ada 21 petani, 13 petani dari kebun pribadi atau kemitraan," ujarnya.

Sedangkan untuk harga talas sendiri, Qowy menjelaskan, dirinya membeli talas dengan harga Rp 5.000 per kilogram, harga tersebut diatas dari harga jagung yang biasa ditanam oleh petani yakni Rp 1.600 per kilogram.

"Harganya jauh dari jagung, tidak menggunakan pupuk kimia, tidak merusak lingkungan, dan tidak gunakam bibit impor, lebih baik kembangkan pangan lokal yang selama ini dianggap hama," terang Qowy.

Kini, Qowy melalui brand Paccoo.com sudah mampu membuat talas yang diolah menjadi Cookies (Cokelat dan Aren), Onde (Cokelat dan Tuna), dan Cake (Cokelat dan Keju).

Berbagai aneka kuliner tersebut dirinya produksi dengan skala home industry yang memiliki enam orang karyawan, dan melibatkan 21 petani lokal dan dipasarkan melalui offline yang bekerja sama dengan sentra oleh-oleh di Makassar, dan melalui pemasaran online salah satunya e-commerce Blibli.com.

Halaman:


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com