Sampai awal tahun 2017 diperkirakan kurang dari 20 persen kendaraan yang sudah menggunakannya.
Sebagai pengguna jalan tol dan sudah lama memakai jalur nontunai, saya sih senang-senang saja. Sejak awal menggunakannya, kendaraan yang saya tumpangi selalu bablas, sementara ratusan mobil lainnya memilih antre di jalur pembayaran tunai.
Kata sebagian orang, uang mereka terbatas. Tetapi kalau saya lihat merek mobil dan penumpangnya, saya sungguh tidak percaya. Terlihat mereka mampu. Saya tak tahu persis mengapa mereka tak bisa melihat ada jalur lewat yang tak perlu mengantre.
Nah begitu “dipaksa” harus pindah nontunai (bukan non rupiah lho!) keluarlah letupan-letupan itu.
Ini persis cerita Amir tadi. Dongkol sama ibunya (dalam hal ini kebijakan nontunai ditetapkan oleh Bank Indonesia), orang-orang yang dipaksa itu menyalahkan teman terdekatnya (dalam hal ini operator jalan tol).
Mungkin Amir ada benarnya. Kita berada di depan pintu gerbang perubahan yang amat besar. Makanya disebut disruption. Ini adalah inovasi besar yang menyebabkan segala hal yang kita lakukan di masa lalu menjadi ketinggalan jaman. Ditinggalkan karena tak bisa memenuhi tuntutan baru. Bahkan disertai kekacauan kalau kita melawannya.
Jalan-jalan tol baru, uang elektronik, bandara dan terminal baru, jalur kereta api dan jenis-jenis kereta baru, belanja dan mal online, taxi online, semua diikuti dengan perubahan besar perilaku dan tuntutan baru. Satu pekerjaan hilang, banyak pekerjaan baru yang lebih manusiawi muncul.
Kata Psikolog cyber Mary Aiken, sejak dulu hidup kita diperkaya dan dipoles teknologi. “Namun tak ada yang menimbulkan dampak yang lebih besar dari teknologi digital,” tambahnya.
Segalanya serba baru. Bagi yang voluntarily (karena inisiatifnya sendiri), kesakitan itu bisa dinikmati. Tetapi bagi laggards (yang terlambat beradaptasi) atau bahkan yang menolak peradaban baru dan harus dipaksa, sudah pasti berteriak. Dan jangan lupa, selalu ada “kompor” yang memanas-manasi agar kita tidak berubah.
Mungkin begitulah psikologi permulaan yang barangkali belum ada studinya juga. Entahlah, kita tanya saja pada ahli-ahlinya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.