Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/10/2017, 13:27 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


KOMPAS.com
– Apa yang terjadi bila Indonesia mengalami krisis energi minyak dan gas (migas)? Bisa jadi, aktivitas di seluruh negeri ini bakal terganggu!

Coba bayangkan, pasokan bahan bakar minyak (BBM) akan mengalami kelangkaan. Akibatnya, antrean panjang kendaraan yang biasa terlihat di jalanan kota-kota besar di Indonesia akan berpindah ke stasiun-stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

Tak hanya itu, masyarakat juga akan menjadi “langganan” pemadaman listrik. Ini bisa terjadi, karena kebanyakan pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan energi migas sebagai bahan bakar utama untuk menggerakan turbin-turbinnya.

Merujuk situs resmi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, total konsumsi bahan bakar migas pembangkit listrik di Tanah Air pada 2015 mencapai 5,4 juta kilo liter untuk minyak dan gas 456.493 juta standar kaki kubik (MMSCF).

Bahan bakar migas tersebut digunakan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel.

Masih menurut sumber sama, empat pembangkit listrik itu menghasilkan daya sebesar 47,9 megawatt (MW), sementara kapasitas listrik nasional sebesar 55,5 MW.

Ada banyak penyebab yang dapat membuat Indonesia kekurangan pasokan migas. Selain menurunnya produksi migas nasional pada industri hulu migas, faktor lain juga datang dari kelancaran distribusi pada industri hilir migas.

Aktivitas di industri hulu migas itu sendiri meliputi eksplorasi dan produksi migas. Eksplorasi adalah aktivitas studi geologi, geofisika, survei seismik, dan pengeboran untuk menemukan cadangan migas baru.

Adapun kegiatan di industri hilir migas terdiri dari pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan bahan bakar.

Namun, saat ini tantangan besarnya justru ada pada Industri hulu migas dalam negeri. Penyebabnya karena produksi migas nasional yang semakin menurun dan sebaliknya tingkat konsumsi migas yang terus meningkat.

Tak cuma pada tingkat produksi dan konsumsi migas yang mengkhawatirkan, tapi juga nilai cadangan migas dalam negeri yang terus merosot.

Kondisi tersebut kemudian membuat negeri ini terancam krisis migas. Jika dibiarkan berlarut-larut, cadangan migas di republik ini pun hanya tinggal menunggu waktu untuk habis.

Untung saja, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah mengambil berbagai langkah sigap guna mengatasi krisis tersebut.

Pertanyaannya, apa sebetulnya yang menyebabkan krisis migas terjadi, dan langkah sigap apa saja yang telah diambil Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk menghadapi ancaman tersebut?

Bagi Anda yang peduli dengan kondisi yang mengkhawatirkan ini, jawabannya bisa disimak secara lengkap dan detail pada Visual Interaktif Premium (VIP) “Sigap Hadapi Krisis Migas” di alamat http://vip.kompas.com/sigap-hadapi-krisis-migas/ di kanal Visual Interaktif Kompas (VIK) Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com