Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahan Gambut Bekas Kebakaran Dimanfaatkan Jadi Lahan Pertanian Nanas

Kompas.com - 18/10/2017, 06:38 WIB
Achmad Fauzi

Penulis

BENGKALIS, KOMPAS.com - Kebakaran lahan gambut di Sungai (Sei) Pakning, Bengkalis, Riau hampir terjadi setiap tahunnya. Sehingga, merugikan masyarakat yang terkena sebaran asap yang akan menimbulkan penyakit.

Puncaknya, pada tahun 2012 si jago merah melahap tanpa ampun lahan gambut. Hal itu juga membuat masyarakat tidak dapat mencari nafkah, karena selalu disibukkan dengan pemadaman kebakaran.

Namun kini, kejadian tersebut bisa diantisipasi semaksimal mungkin. Sebab, pemerintah bersama Pertamina RU II Production Sei Pakning, serta masyarakat setempat menginisiasi program mitigasi Kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut) berbasis masyarakat.

Dalam program tersebut, lahan gambut dialihfungsikan menjadi lahan produktif dengan ditanami nanas.

Ketua Kelompok Tani Tunas Makmur, Samsul mengatakan, program tersebut dimulai sejak 2015. Pada tahap awal, 3 hektare lahan gambut bekas kebakaran disulap Samsul menjadi lahan pertanian nanas.

Menurut Samsul, masyarakat juga mendapatkan bantuan pendampingan dari Pertamina. Salah satunya pendampingan untuk mengalihfungsikan lahan semak belukar gambut bekas area kebakaran lahan, menjadi lahan pertanian nanas. lainnya adalah diversifikasi produk olahan nanas.

"Jadi, setelah kebakaran kami bergerak mencoba tanam nanas. Bibitnya kami ambil jauh di Siampit. Sebenarnya lahan gambut paling cocok, ya ditanami nanas. Jadi dulunya kakek kami di sini tanam nanas," ujar Samsul di Sei Pakning, Bengkalis, Selasa (17/9/2017).

Hasilnya, ungkap Samsul, sangat menjanjikan. Pada tahun pertama panen buah nanas mencapai 7.000 buah sampai 8.000 buah per hektare.

Terdapat tiga kategori buah nanas yang dipanen, pertama buah nanas kategori grade A yang memiliki kualitas yang baik dan berukuran besar. ?Buah nanas dengan grade A laik dijual ke pasar-pasar.

Kedua, grade B yang merupakan kelas menengah dan kadang dijual atau  diolah kembali menjadi produk yang mempunyai nilai tambah.

Ketiga buah nanas grade C merupakan buah yang berukuran kecil dan tidak laik dijual dan diperuntukan untuk menjadi produk yang mempunyai nilai tambah seperti keripik nanas, dodol nanas, selai nanas dan lain-lainnya.

Saat ini, telah ada lahan gambut seluas 4,5 hektare yang ditanami nanas.

"Masa panennya itu setahun sekali. Lahan 3 ha itu berhasil. Kalau diuangkan, Rp 10 juta per hektare sekali panen. Harga per buah untuk grade A itu dijual Rp 2.500 per buah," jelas dia.

Samsul berharap adanya bantuan tambahan dari pemerintah maupun Pertamina berupa alat pembersihan lahan gambut.

"Saat ini 1 ha sudah Rp 7 juta pembersihan lahannya dan  kami sistem harian kerja. Ke depannya harapannya ada bantuan alat untuk pembersihan, sehingga prosesnya menjadi cepat," tutur dia.

Sementara itu, Manager Produksi Pertamina RU II Production Sei Pakning, Nirwansyah menambahkan, program ini akan terus berjalan hingga masyarakat bisa mandiri menjalankan pertanian tanpa bantuan perusahaan. Dia menargetkan, program ini akan selesai pada 2020.

Menurut dia, pada tahun 2016 Pertamina telah mengeluarkan dana Rp 600 juta untuk pemberdayaan petani nanas. Pada tahun ini, sebanyak 1,050 miliar telah disiapkan Pertamina untuk mendukung kegiatan pertanian nanas.

"Ini kan sudah dijelaskan tadi ini belom tuntas. Itu nanti ada di salah satunya dengan memberikan manfaat. Jadii tidak hanya mendapat bantuan tetapi bisa meningkatkan pendapatan. Nantinya kalau sudah mandiri kami lepas," pungkas dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com