JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri BUMN Rini Soemarno mengakui masih ada beberapa perusahaan pelat merah yang merugi dan tidak menyetorkan deviden kepada negara.
Rini mengungkapkan, dahulu pihaknya kerap membiarkan hal tersebut dan BUMN merugi tidak dapat tertangani secara baik.
"Memang kami seringkali ada saat di mana (perusahaan) sudah rugi bukannya melakukan sesuatu, malah menutupi ruginya. Akhirnya malah tambah rugi," kata Rini dalam acara "Satu Jam Eksklusif" yang ditayangkan di Kompas TV, Senin (23/10/2017) malam.
Dengan demikian, dirinya membuat program spesifik untuk "menyembuhkan" BUMN merugi tersebut. Kementerian BUMN membuat Klinik BUMN.
(Baca: Kritik Faisal Basri soal Pengelolaan BUMN)
Kementerian BUMN melakukan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan pelat merah yang masuk Klinik BUMN.
Selain itu, Kementerian BUMN juga melihat kemungkinan mengenai tindakan apa saja yang dapat dilakukan agar perusahaan tersebut kembali dapat beraktivitas dan meraih keuntungan.
Dia mencontohkan PT Barata Indonesia (Persero), perusahaan produsen mesin kecil yang sudah masuk "Klinik BUMN".
Pihak Kementerian BUMN nantinya akan mengkaji, mengapa Barata sampai merugi. Ternyata mereka merugi karena tidak mendapat pesanan pembuatan mesin kecil.
Di sisi lain, BUMN melihat PT PLN (Persero) memiliki banyak komponen yang masih impor dari luar negeri, namun mudah aus.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.